Kematian dan Keabadian: Karena Kita Tak Pernah Tahu

Mata ibu itu menatapku penuh makna. Genggaman tangannya selepas salam tadi belum juga dilepaskan dari tanganku. Menjabatku erat. Dia seperti sedang meneliti wajahku dalam.

'apa mungkin ibu ini seseorang yang mengenaliku?' tanyaku dalam hati.

Sejurus kemudian, ibu tersebut berujar, "Senyumnya… Tahi lalatnya…"

Aku semakin merasa aneh dengan perilaku sang ibu. "Kenapa bu?" tanyaku.

"Mirip anak ibu."

"Oh ya? Masyaallah." aku menanggapi dengan senyuman.

Air muka sang ibu yang baru kukenal itu tetiba berubah sendu.

"Tapi anak ibu sudah meninggal tahun lalu." kulihat ibu itu menahan air matanya agar tak tumpah segera.

"Innalillah.. Kenapa bu?"

Beberapa detik sempat hening, beliau tercekat, susah payah berusaha menjawab tanyaku, "Kecelakaan… " jebol sudah bendungan air matanya. Banjir…

Aku menatap prihatin,  kuusap bahunya sambil berkata, "Insyaallah sudah di tempat yang jauh lebih baik ya bu."

"Usianya 20.." rupanya dukanya masih mendalam..

Percakapan singkat di sela break training yang sedang kuikuti itu membuatku merenung.. Jika aku sudah tidak ada lagi, suatu saat. Jika giliranku yang tiba. Apa yang akan orang lain kenang dari diriku? Apa mungkin senyumku? Seperti sang Ibu yanh mengenang anaknya yang sudah tiada.

Kesedihan akibat perpisahan.

Di dunia ini,  memang apa yang abadi?

Tidak ada. Usia… tidak ada yang pernah tahu.

Wajah cantik? Tak abadi.

Kekayaan? Tak abadi.

Lantas apa yang mau dibanggakan? Jika semua pada akhirnya sama di hadapan Allah. Hanya keimanan dan amal perbuatan yang akan mengabadi lalu menjadi bukti dan tingkat pembeda yang sesungguhnya..

Tapi kita, apa masih termasuk pada golongan orang yang tertipu hiasan dunia? Entahlah… hanya masing-masing kita yang bisa menjawab…

Selagi masih ada kesempatan memperbaiki sesuatu yang akan jadi bekal di tempat yang sudah jelas keabadiannya kelak, mari kita siapkan dari sekarang.

Selagi masih Allah berikan kesempatan itu..

Karena kita tak pernah tahu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

Hmm..ukhti, istiqomahlah..