Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Karena Patah Hati Adalah Anugerah

Gambar
Pengalaman patah hati itu mendewasakan. Bagi yang mau belajar. Karena Allah izinkan kita mersakan cinta lalu Dia patahkan, karena Dia ingin kita tahu, dalam mencintai tidak bisa hanya cinta dua arah lantas meniadakan keberadaan Allah sama sekali. Kita cinta, tapi cinta selain padaNya adalah salah satu jalan untuk menguatkan kecintaan yang semestinya utuh untuk Allah.. Itulah kenapa kita ga boleh mencintai apapun melebihi kecintaan ke Allah, rasulNya dan jihad di jalan Allah (seperti difirmankan dalam satu ayat di surat At-Taubah). Disitu Allah sudah ingatkan... Fatarabbasuu hatta ya'tiyallaahu biamrih.. "Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.." Dan bisa jadi patah hati adalah salah Satu dari sekian banyak kemungkinan dari keputusanNya. Patah hati adalah tanda Allah cinta.. Kalau ga cinta mungkin kita akan dibiarkan terus terlena dan didiamkan tanpa digubris untuk memperbaiki apa yang salah.

Jangan Takut Pada Badai

Gambar
Tadi temanku bilang.. "Badai akan berlanjut." Memelesetkan sebuah pepatah. Sejatinya dalam hidup.. Setelah sebuah badai berlalu, memang akan ada badai-badai selanjutnya meski tidak dalam rupa yang sama. Memang benar. Ibarat kehidupan adalah sebuah pesisir pantai, lautan yang berombak akan selalu menghempaskan tepiannya dengan ombak yang bergulung-gulung lalu pecah di ujung bibirnya. Ombak terkadang kecil, terkadang besar, terkadang malah sampai mengamuk menjadi sebuah tsunami yang menghancurkan bukan hanya pepantaian, tapi berikut penduduk dan bebangunan disekitarannya. Laut besar, pantai panjang, angin bertiup, atas perintah Allah. Tunduk patuh, dengan kepasrahan yang tanpa kata tapi. Kita.. Manusia.. Seharusnya pun begitu. Tunduk patuh, dengan kepasrahan yang tanpa tapi. Melewati tanjakan pun landaian dengan kepercayaan yang utuh. Menerima setiap badai dan cerah dengan keimanan yang teguh. Meyakinkan bahwa semua terjadi tanpa cela, tanpa luput, meski

Kuda Putih dan Kereta yang Melaju Cepat

Aku sedang berkereta, melaju dengan begitu cepatnya. Ada seseorang dengan begitu keras kepalanya mengejar kereta yang sedang melaju cepat itu dengan menaiki seekor kuda putih. Seseorang yang aku lihat sampai berdarah-darah memperjuangkan. Menjemput. Mengulurkan tangan. Mengajak berpindah dari kereta yang melaju menaiki kuda putih yang ditungganginya. Silahkan katakan ini hal gila. Memang begitu pula yang aku pikirkan. Buat apa mengejar kereta yang sudah berlalu begitu cepat? Sia-sia bukan? Mungkin ada niatan tersendiri dari seseorang berkuda putih. Yang berjuang begitu kerasnya. Yang sanggup membuatnya bertahan menahan segala luka yang diderita. Meski aku tidak pernah tahu jelas apa niatannya. Akan banyak yang berkata, buat apa dikejar? Semua sudah terlambat bukan? Sudahlah… hentikan saja. Tapi dia yang penuh luka masih saja berkeras kepala. Aku yang melaju dalam kereta yang begitu cepat berlari, hanya beruraian air mata memandangi dia yang mengulurkan tangan dari atas ku