Karena Hati Adalah Sumbernya

Saat awal aku mendengar tentang kelas Menulis Dengan Hati ini di fanpage Febrianti Almeera, aku merasa penasaran. Sepertinya aku butuh kelas ini. Lagipula,  aku suka menulis,  berinvestasi untuk ini adalah hal yang menjadi prioritasku. Aku memang sedang ingin memperbaiki caraku menulis dan menambah referensi tentang dunia kepenulisan.

Takdir menghadirkan broadcast massage tentang kelas MDH batch 5 dan 6 ini aku baca pada sebuah jejaring sosial. Kalau memang tidak ada yang kebetulan, aku yakin Allah menghadirkan berita itu tepat di saat aku sedang sangat membutuhkannya. Sejujurnya, salah satu motivasiku menulis adalah menghasilkan income yang dapat menopang kebutuhan keseharianku dan keluargaku. Kan memang begitu kata para penulis besar, setidaknya aku pernah mendengar salah satunya berkata, menulislah agar kau menjadi kaya. Hehe. Mungkin agak sedikit materialistis. Tapi memang itu yang sedang menjadi tema utama permasalahan yang harus segera dicarikan solusi.  Dan aku pikir,  kelas ini aku butuhkan, tentang bagaimana menulis dengan hati dan akhirnya bisa 'menghasilkan'.

Tapi kau tahu,  di dua pertemuan, aku tidak menemukan materi tentang 'menulislah agar kau menjadi kaya' di kelas ini. Aku justru malah menemukan sesuatu yang mungkin aku lalai menyadarinya; hatiku sedang 'sakit'. Sakit dalam artikan kata sebenarnya dan artian kata keduanya. Sakit. Yang harus segera disembuhkan. Bagaimana tidak… Rupanya dibalik segala 'niat baik' yang coba aku jadikan strong why ku dalam menulis ternyata masih banyak belangnya. Kalau dijabarkan dalam bentuk tulisan,  tentang mengapa aku mau menulis, mungkin akhirnya aku akan tersadar, masih banyak niatku yang harus terus direparasi, direnovasi, ditata ulang,  atau bahkan dibuang dan digantikan dengan niat yang jauh lebih tulus dan murni. Karen hati tidak akan bisa berdusta.

Ya,  di kelas ini aku menemukannya.

Dengan 'jahatnya', teh Pepew menampar-nampar pipiku berulang kali,  juga aku yang mungkin terlihat kalem saja saat kelas berlangsung,  sesungguhnya ada sisi hatiku yang tergores dan berujar; 'sepertinya, banyak yang masih harus kau perbaiki, hai hati.'

Walau ditampar berkali-kali, bahkan sampai digores-gores smpai nyeri di hati, aku berterima kasih pada teh Pepew. "Makasih ya teteh… T-T, aku memang perlu diginiin,  sangat perlu. Supaya aku yang sedang sakit ini sadar,  dan mau segera mengobati sakitnya,  bukan malah bertahan dengan rasa sakit. Berusaha menampakkan tidak sakit padahal sedang sakit."

Kasian yah… aku udah jahat sama hati aku selama ini. Ga peka,  sakit tapi malah didiamkan saja. Mungkin inilah sumber segala sakitku yang lain. Sakit otak,  sakit tangan, sakit mata, dan sakit seluruh badan. Karena sumbernya segala hal di dalam diri ini yang sedang sakit."

Lewat MDH batch 6 inilah,  Allah ingin sampaikan padaku hal ini. "Perbaiki hatimu,  jika kau ingin keseluruhan dirimu membaik. Itulah sumbernya."

Hatiku sekarang sedang banjir. Banjir air mata. Dan sebuah tekad baru. Perbaikan tidak akan pernah berhenti. Mungkin memang pernah ada kesalahan. Tapi kesalahan itulah tanda bahwa kau sedang berusaha. Selama kau tetap jadi pribadi yang SIAP DIRENOVASI dan PEKA dengan pesan yang Allah sampaikan lewat tiap kejadian dan apapun yang Allah hadirkan di sekitaranmu, SELAMAT! KAU ADA PADA TRACK YANG TEPAT. :)

Ayo senyum yang lebar! ::))) alhamdulillah… alhamdulillah… alhamdulillah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

Hmm..ukhti, istiqomahlah..