Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Tutup Mata, Tutup Telinga dan Kunci Hati

Kamu diberikan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan hati untuk memahami. Tapi kenapa seringnya kamu tutup mata, tutup telinga dan mengunci hati? Kamu lebih suka menjadi buta, tuli dan bodoh dalam satu waktu sekaligus. Memutuskan untuk tidak mau tau dan tidak mau peduli. Seketika menjelma begitu egois. Yang begitu kasar pada semua hal. Menumpahkan emosi pada sembarang jiwa. Kamu lebih suka lari dari kenyataan. Menghempaskan sekeras mungkin segala yang ada. Lupa bahwa yang kamu punyai semua adalah titipan yang harus dijaga. Mata, telinga dan hati yang bahkan hanya titipan. Pun enggan dijaga. Lebih suka tenggelam dalam pekak suara gemerincing dan gaduhnya dunia. Menyelam semakin dalam dengan mata dan telinga juga hati yang tertutup. Lebih suka memasang topeng lalu bersandiwara. Palsu dan kepalsuan yang menjadi identitas semu. Puji yang tak pernah benar sebab diri lebih mengerti betapa busuknya kondisi asli. Yang tadinya berpura-pura buta, tuli dan bodoh sampai menjel

Kau Tak Lelah?

Gambar
Jika setiap gerak rasamu ada pada ucapan orang lain.. Kau tak lelah? Jika setiap inisiatif kebaikanmu adalah karena ingin membuktikan sesuatu pada orang lain.. Kau tak lelah? Jika setiap saat hatimu selalu terusik karena kau letakkan rasa hatimu tercecer di mana-mana.. Kau tak lelah? Sudah lelah.. Mungkin hanya kesia-siaan yang akan kau dapatkan. Jika semua yang kau lakukan baik lahir atau batin atau nampak atau tersembunyi, hanya kau lakukan karena ORANG LAIN dan mengharapkan pandangan orang lain.. Kau tak lelah? Lalu kapan kau punya waktu membenahi dirimu luar dalam untuk sesuatu yang lebih sejati? Sesuatu yang sudah sepastinya akan kau temui di kehidupan yang ada setelah kehidupan dunia… Mulai sekarang berhentilah memberikan kontrol hatimu pada orang lain. Pegang erat kuat-kuat kontrol hatimu itu. Agar hanya tersebab apa yang membuat Allah ridha atau tak ridha lah yang akan sanggup mengusik hatimu sedemikian rupa.. #notetomyself

Yang Siap dan Dipersiapkan

Malam ini... Walaupun sakit. Setidaknya ini tidak separah sebelumnya. Karena aku semakin paham bagaimana mengeluarkannya dari hati dan menaruhnya pada genggaman jemari. Jika yang tadi memang bukanlah goresan pisau. Melainkan duri-duri yang berserak bahkan sebelum aku melewatinya... Aku jadi paham… Pemahaman malam ini adalah tentang duri yang menorehkan goresan panjang pada jemariku. Perih memang. Tapi ini lebih bisa kuhadapi. Meski meninggalkan sebab gemetar yang beberapa saat tak juga kunjung mereda. Lututku gemetar, seakan-akan begitu lemah bertahan untuk tidak mengendur perlahan. Pikirku, semoga tidak lepas dari tungkainya. Yang seperti ini tidak akan datang kecuali saat kondisiku 'siap'. Dan siap di sini adalah saat aku sedang merasa tenang dan lapang tersebab interaksi dengan Al-Qur'an yang sedang berusaha untuk terus aku jaga. Dan yang pasti, karena Allah sudah titipkan pula kemampuannya. Kenapa durinya tidak menggores saja di saat kemarin aku sedang tidak siap

Nostalgia Tak Berujung

Setiap orang,  punya caranya sendiri untuk bisa kembali bangkit setelah terjatuh. Ada yang dengan menulis dan bahkan akhirnya justru perjalanan jatuh-bangunnya menjadi sebuah buku yang kisahnya menginspirasi banyak orang lain yang membutuhkan referensi cara untuk bangun setelah jatuh. Ah.. Malam ini. Entahlah. Kenapa tetiba hatiku rasa sendu. Mungkin sebab aku melihat diriku sekarang dan sedang berkaca pada diriku beberapa saat lalu. Aku yang dalam cermin sedang terseok-seok bangkit untuk percaya. Bangkit untuk kembali memahami makna dari nyeri yang hadir menyapa seluruh jiwa raga. Aku meraba cermin itu. Menatap wajahku yang saat itu lesu tanpa gairah. Aku ingat persis rasa hatiku saat itu. "Apa mati lebih baik daripada menghadapi kesemuaan ini?" Ya.. Aku telah kembali berdiri. Bangkit setelah melewati tangis panjang yang seolah tak ada habisnya. Ya..  Aku telah kembali bangkit. Berdiri lagi setelah begitu lama enggan melihat dunia. Bahkan tak bersyukur masih diberikan ke

Dan Namaku-lah Doaku padaMu

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاعِمَةٌ "Banyak muka pada hari itu berseri-seri," QS. Al-Ghasyiyah(88):8 Aku pernah menangis panjang… sangat panjang... Saat tiba di ayat ini. Al-Ghasyiyah.. Ayat ke 8. Penuh harap. Menjadi bagian yang dibangkitkan saat yaumul akhir nanti dengan wajah yang berseri-seri. Seperti yang disebutkan di ayat ini.  Sekaligus juga penuh cemas. Apa aku akan termasuk di dalamnya atau tidak. Mengingat segunungan lengah dan lalai yang aku lakukan rasanya masih sangaaaaaat jauh.. Dan namaku adalah doa itu sendiri. Perkenalkan. Nama saya Nusaibah Az-Zahra. Penggunaan bahasa arab pada ujung kata Az-Zahra dengan alif dan hamzah. ( الزهراء ) Arti lain dari ناعمة atau berseri-seri. Itulah Az-Zahra. Setiap terbangun di pagi hati selepas istirahat malam yang bergema di hati adalah istighfar panjang.. Apa hari ini Allah akan ridha padaku atau sebaliknya. Istighfar panjang, memohon ampun atas kezhaliman diriku. Istighfar panjang dalam harap juga cemas, apa sudah cukup pa

BAGAIMANA KABARMU DENGAN AL-QUR'AN?

BAGAIMANA KABARMU DENGAN AL-QUR’AN? Semakin banyak waktu yang kamu habiskan dengan Al-Qur’an maka semakin banyak pula rahasia dan harta tersimpan yang diberikannya kepadamu, dan setiap orang yang melaziminya akan dibukakan untuknya pintu dari pintu pintu memahami Al-Qur’an dan petunjuknya. Bertanyalah kepada para penghafal Al-Qur’an tentang kenikmatan ketika membaca Al-Qur’an di depan guru mereka. Sang guru akan bangga denganmu ketika melihatmu bersungguh-sungguh, tetapi apabila dia melihatmu bersedih, maka dia akan memegang hatimu dan mendoakannya.   Menyendiri.. Sebagian dari manusia menganggapnya adalah penyakit psikologi yang membutuhkan terapi.. Dan bagi penghafal Al-Qur’an hal itu adalah kenikmatan yg membuat mereka meninggalkan keramaian manusia untuk mendapatkannya. Dari keajaiban Al-Qur’an, menghafal dan melupakannya sangatlah mudah. Agar dia tidak tersisihkan oleh yang lainnya, maka jadikanlah ia kesibukan utamamu, dan temanmu selamanya, dan penghiburmu di

Luka di Genggaman Jemari

Kau pernah merasakan marah? Yang membuat darahmu seolah mendidih bergejolak, gerah Kau pernah merasakan benci? Seperti hatimu digerogoti rasa negatif dari tiap tepiannya, panas Aku pernah Merasakannya seperti ingin berteriak kencang sekali Berusaha menghilangkan rasa yang tumbuh Lalu perlahan justru membunuh diriku sediri Aku memaksa diriku Untuk meraba hati Menarik kau, namamu, bayanganmu Keluar dari hatiku Karena memang tak semestinya kau di sana Pernah kupalangi hatiku Meski pelan-pelan kau masuk Aku luluh, terkapar Aku jatuh, tersungkur Membiarkanmu masuk ke hati Adalah membiarkanmu menggoreskan cinta dengan pisau Lalu aku terluka, menangis Kehilangan cara mengusirmu keluar Aku berusaha Menjadikan kau,  namamu, bayanganmu Hanya ada pada genggaman jemari Agar pada suatu masa kau menggores-gores lagi kata cinta dengan sebatang pisau Hanya tanganku, bukan hatiku Yang terluka, lalu sakit "Kau digenggaman jemariku Bukan di genggaman hatiku" Itu yan

Tadabbur

Ini indah… saaangat indah. Pahamkan kami ilmu dari segenapan ilmuMu yang tersebar dalam kitabMu ya Allah, mampukan kami mengamalkannya. Jadikanlah Al-Qur'an ini sebagai langkah kami mendekat dan terus mendekatiMu, bermunajat padaMu. Anugerahkan pahala dalam setiap huruf yang terlafadzkan. Berikanlah kesembuhan pada hati-hati juga fisik kami yang sakit… إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu"." نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ ف

Tak Pernah Ada Kebaikan yang Sia-Sia

Di siang menjelang sore ini ada yang menyentil hati untuk diungkapkan segera lewat kata.. Ya benar.  Tak ada yang bisa menebak rencana Allah atasmu. Benar adanya. Kau terus berlari menujuNya, berkeras meraih cintaNya dalam keterbatasan diri. Dan sekali lagi benar pula adanya, bahwa Allah tidak akan pernah menyiakan hambaNya yang beriman dan percaya padaNya. Meski perih, kau dengan pembuktian imanmu akan mendapat balasan yang setimpal dariNya. Lewat pahala yang tersimpan, atau lewat anugerah berupa karunia di hari-hari yang kau jalani. Kisahnya banyak bertebaran, di sekitar kita. Menjadi jejak tanda kebesaranNya di alam semesta. Lewat kisah bertemunya dua orang dalam akad suci. Lewat tangisan mungil bayi yang dinanti. Lewat senyum ceria anak-anak yang menemani. Lewat karya-karya yang dihasilkan untuk Ilahi. Lewat raut wajah bangga orang tua saat kau menyelesaikan masa studi. Lewat waktu yang berbaik hati mengantarmu dalam perjalanan-perjalanan penggugah iman di hati. Bahkanpun lewat

Gagal Fokus

Akhirnya aku menemukan sumber sebab kegelisahanku baru-baru ini. Aku sesak, saat aku tarik nafas untuk meredakannya, ternyata tidak juga mampu untuk reda. Saat aku menjadi seseorang yang begitu bingung, serba salah. Aku masih terus bertanya-tanya kepada hatiku.. "Hai hati, kau kenapa? Apa yang salah denganmu? " Tapi sesaknya masih belum juga berkurang. Ditambah dengan kehadiran rasa kosong dan hampa. Dalam kondisi begitu aku pandangi wajah orang-orang di sekitarku, apa mereka pernah atau bahkan sedang merasakan hal yang sama? Istighfar tak kurang dan tak henti aku tabuh dalam hatiku. Masih dalam rangka meredakan dan keluar dari lingkup hampa yang memeluk erat aku dan hatiku. Aku baca semua artikel yang ditulis oleh para ustadz berharap sekiranya dapat membantuku keluar dari pusaran yang menarikku kuat ke medan berwarna gelap, hitam, pekat. Mungkin sebenarnya aku hanya kurang melihat ke dalam. Aku terpesona pada apa yang kupandang di luar. Aku terobsesi menjadikan dirik

Dia yang Telah Menjadi Oksigen

Aku semakin memahami diriku. Aku paham aku sudah kecanduan. Kecanduan yang jika tidak dipenuhi akan membuatku gelisah sepanjang watu, pun sampai berhalusinasi. Aku kecanduan akut. Sekali kebutuhan ini tak terpenuhi seharian penuh aku bisa menjadi seperti orang gila seketika. Aku kecanduan parah. Sekali saja aku lupa. Aku seperti kehilangan ingatan tentang bagaimana cara bernafas. Menarik nafas sulit, menghembuskan nafas terasa panas. Sesak. Bagiku, dia adalah oksigen. Selalu aku butuhkan. Selalu aku perlukan. Tidak boleh sekalipun aku tinggalkan. Aku semakin mengenali aku… Oksigenku, kehidupanku, adalah Al-Qur'an.. Tidak bisa tidak…

Tunduk dalam Takjub

Banyak yang disampaikan. Banyak yang kudapatkan. Dari semua langkah yang aku gerakka menuju ke Bandung. Kali ini. Untuk berbagi sedikit dari apa yang sudah aku pelajari dan aku dapatkan di kehidupanku. Namanya Ii. Temanku semasa Madrasah Tsanawiyah (sederajat SMP). Sudah sejak lama sebenarnya aku mendapatkan info tentangnya yang terkena sakit kanker payudara. Dan yang aku tak menyangka, dari sejak awal penyakit itu terdetekasi, sampai saat ini, perkembangannya begitu ganas dan cepat. Sampai mau tak mau dan suka tak suka, harus melakukan kemoterapi yang menyebabkan kuku-kukunya menghitam dan seluruh rambut di kepalanya rontok tak bersisa barang sehelai. Bahkan sampai harus diangkat sebelah payudaranya agar sel-sel kankernya tak menjalar semakin parah ke bagian tubuh yang lain. Usianya sama denganku. Dia terdeteksi kanker saat usia 23 tahun. Sekarang usianya 24. Dan aku baru berkesempatan menengoknya kemarin sore menjelang berbuka puasa. Dari ceritanya, aku tahu bahwa ternyata selesai

Tidak Ada Judul

Sekarang.. Izinkan aku mengalirkan perasaanku lewat tulisanku,  di sini. Mencari pusat dan inti yang harus aku ambil dan menjadikannya pelajaran berharga bagi diriku. Urusan yang membuatku menumpahkan banyak energi bagiku pribadi adalah hal bernama cinta. Ya. Aku jatuh cinta. Sejak lama. Pada seseorang. Yang bagaimanalah aku bisa memilih jatuh cinta… rasa itu datang bahkan tanpa permisi… Mematikannya… sering. Menghindarinya… sering. Berlari darinya… sering. Menolaknya habis-habisan… sering. Semua aku lakukan hanya untuk membuat diriku tidak perlu merasakan sakit yang jauh lebih mendalam jika harus meladeni keinginan rasa. Dan.. Bukan tak pernah pula aku jatuh terjerembab. Merasakan sakit yang menikam hati. Yang lukanya seolah bisa kapanpun terbuka. Perih. Aku pernah. Merasakan kecewa.. Merasakan cemburu.. Merasa semua yang aku lakukan adalah salah. Bahkan menyalahkan kehadiran rasa tersebut. Buatku.. Ini ujian terbesar. Memilih meninggalkan rasa cinta kepada manusia yang

Rindu yang Kau Tanamkan di Hati

Gambar
Ada rindu yang tetiba merambati hati. Halus, mengalir… Mungkin karena cinta yang mau tak mau hadir pada dua kota suci yang sempat kudatangi akhir Maret lalu. Siapa yang tidak akan jatuh cinta kepada haramain? Sesiapa yang memiliki meski hanya sebesar butiran debu iman dalam hatinya pasti akan merindukan keduanya. Dan sejak beberapa hari ini, rindu itu seperti mengetuk-ngetuk pintu hatiku. Seolah meminta dihadirkan dalam tiap getar rasa. Dan semua hal yang ada di sekitarku mengajakku mengembalikan memori keindahan dan ketenangan yang kurasakan di sana. Saat membuka timeline facebook, aku melihat foto masjidil haram dari kejauhan, getaran itu hadir… dan dini hari ini aku masih belum juga memejamkan mata, karena selepas selesai semua kegiatan, dan aku sudah siap beristirahat, tanganku bergerak mengambil remote tv untuk mematikan tv. Sebelum mematikannya aku memindahkan channel secara acak,  dan terpampang lah di layar tv di hadapanku, sebuah channel yang full menayangkan suasana di mas

Jodoh Dunia Akhirat

Ku merayu pada Allah yang tahu isi hatiku Di malam hening aku selalu mengadu Tunjukkan padaku Ku aktifkan radarku mencari sosok yang dinanti Ku ikhlaskan pengharapanku di hati Siapa dirimu Dalam kesabaran ku melangkah menjemputmu Cinta dalam hati akan ku jaga hingga Allah persatukan kita Reff: Jodoh dunia akhirat Namamu rahasia Tapi kau ada di masa depanku Ku sebut dalam do'a Ku ikhlaskan rinduku Kita bersama melangkah ke Surga, Abadi .. "Bukan cinta yang memilihmu, Tapi Allah yang memilihmu, Untuk ku cintai .." _Kang Abay-Motivasinger_ Denger lagu ini dan jatuh hati sama lagunya. T-T ga lebay deh. Tapi emang sampai ke hati. Coba dengerin sendiri aja deh ya biar percaya.

Sebuah refleksi hidup: ~Tentang Sakit~

Sakit yang terlihat secara fisik hanya menampakkan sesuatu yang sakit secara batin. Ini sangat terasa. Sakit… selalu membutuhkan waktu untuk diobati. Pahitnya obat harus dirasakan minimal 3 kali dalam sehari selama 3 hari, jika memang sakitnya tidak terlalu parah mungkin akan segera bangkit sehat dengan segera. Tapi,  jika sakitnya lumayan parah,  minum obat pahit tidak hanya 3 kali dalam sehari selama 3 hari,  justru akan bertambah menjadi 3 kali dalam sehari selama lebih dari 3 hari. Benar begitu kan? Seperti itu juga mungkin pemahaman dan penerimaan akan sebuah 'sakit' yang bermakna lain, butuh waktu. Dan waktu, selalu jadi obat terampuh bagi segala jenis sakit. Biarkan waktu yang akan mengobati. Karena seiring berjalannya waktu, hati akan membiasakan diri untuk menerima dan memahami pelajaran dibalik sakitnya. Mencari berbagai 'cara' untuk kembali 'sehat' seperti sedia kala. Satu lagi yang tidak boleh lupa, semudah menjentikkan jari, semudah mengedipkan

Saat Hidupmu Bagai Terhimpit Dari Berbagai Arah

An ordinary stuff, give an extraordinary impact, with Allah. Tak perlu menunggu hal luar biasa untuk memulai kerja besar.  Berapa banyak dari kita yang menantikan hal-hal yang canggih untuk memulai. Tak jadi buka usaha, karena butuh modal besar. Padahal bisa gunakan yang ada, dan usaha dalam skala yang sederhana dulu. Mengubur mimpi, karena merasa belum sanggup. Padahal perhatikan yang dekat, yang sederhana, dan aksikan dengan sederhana. Jangan lupa, luruskan niat. Mulailah dengan tongkatmu! Gunakan hal-hal sederhana yang tersedia di hadapanmu saat ini. Jangan tunggu bingkisan yang jatuh dari langit, yang belum ada. Lakukan BAGIANMU, dan Allah akan melakukan bagian-Nya Kita suka menanti keajaiban, tanpa kita mau melakukan bagian kita. Disini kita keliru. Padahal, kita perlu memukulkan tongkat kita terlebih dahulu, baru setelah itu Allah akan kerjakan bagian-Nya. “Solusi itu dekat. Gunakan yang sederhana, dan aksikan dengan sederhana. Lalu lakukan bagianmu, dan Allah akan mel

Aku 'Disentil' Oleh Rayap

Jika nasi sudah jadi bubur,  tinggal ditambahkan bawang goreng, kacang,  sambal,  kerupuk,  kecap,  suwiran ayam, dan jadilah bubur ayam yang enak. Hari ini menjadi sangat berkesan. Aku 'disentil' rayap. Aku punya cerita. Keluargaku adalah keluarga yang hingga saat ini masih nomaden. Hidup berpindah dari suatu tempat ke temoat lain. Dari kontrakan satu ke kontrakan lain. Kontraktor yang sangat setia. Alhamdulillah. Karena kenomadenan ini kami jadi sering melakukan perpindahan rumah. Menumpuk barang-barang yang telah rapi ke dalam kardus dan membawanya turut berpindah bersama kami. Begitu pun dengan buku-buku kesayanganku. Aku hobi mengkoleksi buku,  tapi punya kebiasaan buruk menunda-nunda membacanya. Dan seingatku,  aku hanya cepat selesai membaca buku saat aku membaca buku pinjaman dalam tenggat waktu. Ah,  aku payah sekali dalam hal menunda-nunda ini. Sudah stadium akhir. Parah pisan pokoknya mah. Dan akibat perpindahan yang terlalu sering ini,  ada beberapa barang

Tentang Khauf dan Raja'

Melewati berbagai jenis tema dalam kehidupan. Pernah pada suatu masa,  mengalami rasa begitu terobsesi mewujudkan suatu cita-cita: Beberapa terwujud dan beberapa tidak. Ada bahagia ada juga kecewa. Ada yang biasa saja dan ada yang mempunya emosi mendalam. Dan aku semakin memahami makna bahwa bersikap sewajarnya adalah yang terbaik. Tidak berlebihan saat sedang bahagia atau saat sedang kecewa,  juga saat mendapatkan sesuatu atau terluput dari mendapatkannya. Kini setiap sedang mengalami satu lonjakan rasa, hati seperti sudah mempunyai alarm tersendiri jika rasa tersebut sudah melewati batas seharusnya. Dan lantas segera menyeimbanginya dengan perbandingan rasa yang perlu ditambahkan. Saat sedang berharap,  jika harapan itu besar, akan diseimbangkan dengan perasaan takut pada kadar seperlunya. Saat sedang takut, ketakutan yang besar diseimbangkan dengan perasaan akan harapan yang harus tetap di bangun. Aku semakin sadar, memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan kadar harapan (raja'

Dialog Diri Seorang Ibu Single Parent

Menjadi seorang single parent yang harus bekerja sambil tetap memberikan perhatian utuh terhadap perkembangan anak, mau tidak mau harus mau,  butuh perjuangan. Perjuangan pertama adalah: mengalahkan diri sendiri. Yang belum apa-apa sudah merasa ketakutan. Sebenarnya bukan ketakutan yang diada-adakan. Memang ketakutan yang timbul akibat tekanan kenyataan yang mau tak mau harus dijalani dan dihadapi. Sesuai yang sudah aku alami,  ini beberapa dilema juga perang batin yang dialami seorang ibu muda yang single parent, 1. Ketakutan tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.         Sebenarnya ini tidak hanya dirasakan oleh seorang single parent, ini masalah publik. Masalah manusia pada umumnya. Salah satu ujian yang memang sudah Allah siapkan bagi manusia. Yang menyesakkan adalah saat anak merengek meminta susu,  sedang uang tidak ada. Dalam kondisi kalut,  berusaha tetap sabar menghadapi anak yang mulai berguling-guling meminta susu. Air putih jadi andalan. 2. Image negatif yang sudah

Karena Hati Adalah Sumbernya

Saat awal aku mendengar tentang kelas Menulis Dengan Hati ini di fanpage Febrianti Almeera, aku merasa penasaran. Sepertinya aku butuh kelas ini. Lagipula,  aku suka menulis,  berinvestasi untuk ini adalah hal yang menjadi prioritasku. Aku memang sedang ingin memperbaiki caraku menulis dan menambah referensi tentang dunia kepenulisan. Takdir menghadirkan broadcast massage tentang kelas MDH batch 5 dan 6 ini aku baca pada sebuah jejaring sosial. Kalau memang tidak ada yang kebetulan, aku yakin Allah menghadirkan berita itu tepat di saat aku sedang sangat membutuhkannya. Sejujurnya, salah satu motivasiku menulis adalah menghasilkan income yang dapat menopang kebutuhan keseharianku dan keluargaku. Kan memang begitu kata para penulis besar, setidaknya aku pernah mendengar salah satunya berkata, menulislah agar kau menjadi kaya. Hehe. Mungkin agak sedikit materialistis. Tapi memang itu yang sedang menjadi tema utama permasalahan yang harus segera dicarikan solusi.  Dan aku pikir,  kelas in

Menjadi Ibu?

Besok, kembali ke kelas menulis dengan hati. Pertemuan kedua. Setelah berjarak seminggu. Akhirnya bertemu lagi. Ada rasa senang dan penasaran. Kira-kira besok akan disampaikan apa ya di kelas? Rasa-rasa tidak sabar menunggu dimulainya kelas besok. Bertemu dengan teman-teman di batch enam. Ada teh Lala seorang bunda yang energik. Ada juga teh tria yang jagi desain web. Teh Ai yang supersibuk. Dan teh Erva yang hobi buat kue.. Semoga besok bisa kembali menimba ilmu. Menjadi gelas kosong yang siap diisi. Agar sempurna. Dapat menuliskan apa-apa yang ada di dalam hati lewat kata-kata. Agar ada rasa di atas kata. Berbeda dengan minggu lalu, minggu ini aku datang bersama dengan anakku. Ya, walaupun anakku tidak aku bawa masuk ke kelas nanti. Tapi dia ikut aku ke Bandung sejak hari minggu kemarin. Anggaplah jalan-jalan. Karena ibunya banyak urusan yang harus diselesaikan di Bandung, kerjaan,  tugas penyelesaian skripsi,  dan juga menghdiri kelas Menulis Dengan Hati tentunya. Alhmdulillah. A

Biarkan Emas Itu Menjadi Milikmu

Jangan mudah memberikan janji, jika tidak pasti apakah bisa menepati. Itu yang aku pelajari. Membuat seseorang berharap atas janji-janji kita lalu tidak kita tepati. Itu hanya akan menyakiti. Bukankah hubungan antar manusia harus terus dijaga? Perbaiki jika ada yang salah? Allah pun memperingati orang-orang yang beriman dengan kata yang sangat jelas,  tanpa makna bersayap: "wahai orang-orang yang beriman,  penuhilah janji-janjimu." qur'an surah Al-Maidah ayat 1. Jika kita pernah kecewa pada seseorang,  cara paling mudah untuk memperbaiki rasa kecewanya adalah dengan berkaca, jangan-jangan,  kita pernah pula memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Rasa kecewa yang kita terima sekarang,  hanya salah satu cara Allah untuk kita agar tersadar, kita pernah pula menjadi pelaku pembuat kecewa orang lain. Selanjutnya, mulailah perbaikan, mohon ampunan, bersihkan diri,  jangan lakukan lagi perbuatan salah yang mungkin sebelumnya pernah kita lakukan. Jikalau pun sampai

Seseorang yang Mengenalmu

Sejak awal, ada seseorang yang mengenalmu lalu mendekatimu hanya karena penasaran. Sebelumnya dia bisa saja sangat mendukung apapun yang kau lakukan, memuji setiap langkah yang kau ambil,  seolah selalu ada saat kau butuhkan. Tapi rupanya setelah cukup info tentang keburukanmu, dia pergi menjauh. Menyebarkan segala jenis keburukanmu kepada yang lain. Setelah dia cukup tahu bahwa kau punya begitu banyak kelemahan,  dia lantas merasa bahwa dirinya selalu lebih baik dari padamu. Setiap langkahmu,  baginya hanyalah sesuatu yang salah. Setiap kebaikanmu,  baginya adalah sumber cerita yang akan berbalik menjadi fitnah bagimu. Selama kau hidup, akan selalu ada orang-orang seperti ini. Kau tidak pernah merasa nyaman dengan keberadaannya. Kau benci sikapnya,  tapi kau tak bisa apa-apa. Selain berusaha memaafkan dan terus berusaha meluaskan hati lagi dan lagi. Lagi pula,  itu tanda bahwa memang ternyata, batas antara kebaikan dan kesombongan hanyalah sehelai tirai tipis. Lewat keberadaan seseo

Yang Kadang Terluput

Sore di dalam kereta. Gambir-Bandung. Perjalanan sore dengan kereta ternyata menyuguhkan banyak sekali pemandangan yang indah. Lembayung senja, perumahan penduduk, hutan, kebun bambu, bebukitan dan banyak pemandangan lainnya. Menyenangkan. Anakku tak henti mengoceh tentang apapun yang ia lihat dari jendela Argo Parahyangan. Beburung terbang, lelangit sejuta warna, lelayang beradu, semuanya bisa menjadi tema ocehannya. Aku bersyukur atas nikmat ini. Mampu melihat, sedang banyakyang penglihatannya Allah ambil. Membersamai seorang anak yang cerdas, sedang banyak yang lainnya, begitu menginginkan kehadiran seorang anak yang tak kunjung hadir setelah belasan tahun pernikahan. Alhamdulillah atas segala nikmatMu ya Allah,  yang terkadang luput dari pandanganku. Terima kasih. Aku mencintaiMu.

Kematian dan Keabadian: Karena Kita Tak Pernah Tahu

Mata ibu itu menatapku penuh makna. Genggaman tangannya selepas salam tadi belum juga dilepaskan dari tanganku. Menjabatku erat. Dia seperti sedang meneliti wajahku dalam. ' apa mungkin ibu ini seseorang yang mengenaliku?' tanyaku dalam hati. Sejurus kemudian, ibu tersebut berujar, "Senyumnya… Tahi lalatnya…" Aku semakin merasa aneh dengan perilaku sang ibu. "Kenapa bu?" tanyaku. "Mirip anak ibu." "Oh ya? Masyaallah." aku menanggapi dengan senyuman. Air muka sang ibu yang baru kukenal itu tetiba berubah sendu. "Tapi anak ibu sudah meninggal tahun lalu." kulihat ibu itu menahan air matanya agar tak tumpah segera. "Innalillah.. Kenapa bu?" Beberapa detik sempat hening, beliau tercekat, susah payah berusaha menjawab tanyaku, "Kecelakaan… " jebol sudah bendungan air matanya. Banjir… Aku menatap prihatin,  kuusap bahunya sambil berkata, "Insyaallah sudah di tempat yang jauh lebih baik ya bu."

Pucuk Merah

Depok,  24 April 2015 Angin sedang bertiup keras di luar sana. Malam yang dingin semakin bertambah dingin. Entah musim apa sekarang. Yang seharusnya bulan April sudah masuk ke masa musim panas di Indonesia,  sekarang justru malah hujan seperti tak kenal lelah menyapa tanah,  setiap hari.  Di Depok,  sudah dua hari ini hujan turun berturut-turut setiap sore. Anugerah yang menyenangkan sekali. Merasakan semilir angin yang membawa wangi sejuk tanah. Pandangan mataku tertumbuk pada pepohonan di pekarangan rumahku. Ada satu pohon yang menarik perhatianku. Lama kupandangi daun-daunnya yang berwarna hijau dengan pucuk-pucuknya yang berubah warna menjadi merah. Indah. Ditambah latar langit sore selepas hujan, juga angin yang menerbangkan daun-daun gugur menerpa tanah. Aku terkesima. Aku bertanya-tanya dalam hatiku, "Warna merah itu bunga atau daun ya?" Umiku yang sedang menjahit, fokus dengan pekerjaannya lupa menikmati pemandangan di luar jendelanya yang begitu indah. Dengan da

Salah

Perasaan bersalah terkadang terasa begitu menyiksa, bagiku. Berulang meminta maaf pun kadang masih terasa tidak nyamannya. Membuat orang lain marah karena kesalahanku adalah hal yang buatku pribadi sangat menyakitkan. Memang salahku. Tapi apa mungkin kejadian yang sudah berlalu berperan banyak juga ya dalam kondisi emosional aku sekarang? Aku pernah mengalami bagaimana berada dalam suasana hati merasa bersalah yang sangat dalam. Jadi mungkin saja dengan kini sedikit tersentuh saja dengan rasa bersalah maka yang timbul adalah kebangkitan kembali rasa bersalah mendalam yang sebelumnya. Memang kejadiannya tidak terkait sama sekali. Tapi judul besar emosinya sama:  rasa bersalah. Dan parahnya lagi rasa bersalah ini membuaku menjadi tidak nyaman dengan diri sendiri. Membuatku marah dengan diriku sendiri. Dan berakhir dengan rasa  putus asa dengan diri sendiri. Apa penyakit ini sudah cukup gawat ya? Tapi aku pikir,  akan banyak orang di luaran sana dengan kasus emosi serupa bahkan banyak

Dari Sesak Jadi Lega Lalu Bahagia

Cimahi, 22 April 2015 MALU! Satu kata emosi yang paling aku rasakan di pertemuan pertama privat class Menulis Dengan Hati yang diisi oleh teh Febrianti Almeera alias teh Pepew yang super ekspresif. Pemaparan yang disampaikan sejak awal, bahasannya simple, tentang NIAT. Tapi entah berapa kali ya aku merasa ditampar-tampar? Aku masih belum jujur. Masih banyak ‘udang dibalik tulisanku’. Rasa malu merambati hati, menyebabkan sesak yang coba aku terjemahkan dalam dialog hati. “Ini sesak apa?” Ada emosi negatif yang mungkin terpendam. Meski sisa, tapi bongkahannya masih besar ternyata. Belum release sepenuhnya. Aku pikir aku sudah cukup ‘sembuh’ dan ‘sehat’ sejak masalah terakhirku; depresi karena tekanan kehidupan yang menjadi bagianku. Menuliskannya, adalah hal menakutkan buatku. Apalagi membiarkan orang lain tahu kisahku. Tapi ‘sampah’ itu harus sesegera mungkin ditangani bukan? Dan aku rasa keberadaanku di kelas Menulis Dengan Hati hari ini tidak salah, aku berada di ke

Jangan Putus Asa

Gambar
Jangan Putus Asa~ Iman seseorang akan terlihat dengan jelas ketika menghadapi cobaan. Ia terus berdoa dengan sungguh-sungguh, walaupun tidak kunjung melihat tanda-tanda dikabulkan. Harapannya tidak pernah berubah meski banyak alasan untuk putus asa. Karena ia tahu benar bahwa Tuhannya lebih mengetahui apa yang terbaik baginya dibanding dirinya. Tidakkah Anda mendengar kisah Nabi Ya’kub ? Beliau didera cobaan selama 80 tahun, tapi harapannya tidak pernah berubah. Ketika dia kehilangan Bunyamin setelah kehilangan Yusuf, harapannya tetap tak berubah. Dia justru berkata, عَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَنِي بِهِمْ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ  “Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Yusuf : 83) Jadi, jangan sekali-kali anda merasa terlalu lama didera cobaan dan menggerutu karena terlalu banyak berdoa. Karena Anda sedang diuji dan diminta untuk bersabar dan berdoa. Jangan pernah me