Menemukan Rasa yang Hilang

MENEMUKAN RASA YANG HILANG

Aku bilang sama mas Rendy, "Say, aku jatuh cinta lagi..."

"Oh iya? Sama aku? Makasih ya." rupanya mas Rendy ke-GR-an.

"Ih, bukan sama kamu."

Mas Rendy bengong. "Loh? Kalau bukan sama aku terus sama siapa? Cukup tau deh ya."

Aku tertawa lihat kebaperannya. Sebelum masnya tambah baper, aku langsung sambung pakai kata-kata lanjutannya.

"Jatuh Cinta sama Rasulullah, Say. Rasanya deg-degan sekaligus penuh haru. Persis kayak pas jatuh cinta sama kamu."

Mengalirlah panjang kisah tentang yang aku rasakan.

Yang paling berharga dibawa pulang dari perjalanan ke dua kota suci ini adalah, sebuah rasa.

Rasa yang membuat aku ingin mengikuti setiap suruhannya.

Rasa yang membuat aku ingin menjadi sebenar-benar pengikut setianya.

Sebelumnya, belum pernah ada orang yang sebegitunya ingin aku ikuti. Kekaguman pada siapapun masih dalam batas yang tidak sampai ingin mencari tau semua perkataannya, tidak sampai ingin mengetahui semua perbuatannya.

Tapi kali ini beda, ada rasa, kalau ini dibilang cinta, bisa jadi begitu. Tapi mencintai sesuatu yang sudah tidak ada. Rasanya kurang lebih persis saat merasakan chemistry sama suami diawal jatuh cinta.

Keingetan terus, kalau inget bikin mellow mau nangis, rasa hati berdebar-debar. Seneng lihat tulisannya. Bahagia denger suaranya.

Nah kurang lebih itu yang aku bawa dari Madinah. Rasa yang belum juga mau pergi.

Ini dimulai dari, saat di Madinah, Allah takdirkan aku harus menstruasi di hari ke 3. Jadilah saat orang-orang harus ke masjid untuk shalat, aku diam di kamar. Dan dari kamar itu ada siaran live 24 jam dari masjid Nabawi. Selain live shalat, programnya adalah pembacaan hadits-hadits  Nabi Muhammad full selama 24 jam.

Bersyukurnya pernah jadi anak pesantren adalah pernah belajar bahasa arab. Hadits yang dibacakan memang ga ada artinya. Tapi aku bisa menangkap makna haditsnya.

Hadits-hadits itu adalah perkataan-perkataan atau perbuatan nabi Muhammad yang dituliskan oleh para sahabat dan diatur dalam kode etik kepenulisan dan periwayatan hadits yang sangat ketat. Yang dibacakan otomatis hanya hadits-hadist yang sudah teruji keabsahannya.

Jadi sepanjang tafakur di kamar sepanjang masa menstruasi di Madinah, disuguhi hadits-hadits ini..

Jatuh cinta aku pada Rasulullah tersebab ini. Rasa yang sebelumnya biasa-biasa saja, makin menguat. Dan yang pastinya karena Allah yang tanamkan ke dalam hati...

Jadi, rasa cinta ini bukankah sebuah anugerah luar biasa?

Dan aku selalu punya pendapat, cinta, kalau belum mampu membuatmu bergerak lebih dan berbuat lebih karenanya, itu belum dapat dikatakan sebagai cinta.

Efek dari rasa cinta yang terasa ini adalah, ingin mengikuti yang dicintai sampai ke detil-detilnya. Ingin mengetahui apa yang dilalukan oleh yang dicintai dan menirunya dalam jejak langkah akhlaq diri.

Maka segala sunnah Nabi yang sebelumnya terasa begitu terpaksa dan enggan aku lakukan, kini terasa berbeda.

Dzikir pagi sore itu terasa semakin bernyawa, karena aku tau, dia yang aku cintai, Rasulullah, yang telah mengajarkan dzikir pagi sore ini.

Shalat sunnah rawatib terasa semakin hidup, karena aku tau, dia yang aku rindukan, Rasulullah, yang mengajarkan ini dan mencontohkannya dengan sangat sempurna. Maka aku ingin menirunya.

Setiap kalimat thayyibah: subhanallah, alhamdulillah, masyaallah, terasa lebih bermakna, karena Rasulullah yang tercinta yang menyuruh untuk membacanya.

Surat Al-Kahfi setiap hari jumat selama ini dibaca jarang-jarang, tapi saat aku tau ada hadits Rasulullah tentang keutamaannya, kini berusaha tidak aku tinggalkan.. Karena... Dia yang yang aku cintai yang mengatakan keutamaannya.

Dan segla apapun yang beliau katakan, beliau sampaikan, rasa hatiku menggebu ingin turut melaksanakannya... Ini dorongan cinta...

Jadi selama ini aku ke mana? Setiap ibadah yang terlaksana itu kehilangan rasa karena memang kita tidak mengenal siapa yang mengajarkannya dan untuk apa hal itu dilakukan.

Jadi menstruasi membawa berkah.. Membantuku menemukan kembali jejak rasa yang hilang. Menumbuhkan sesuatu yang semestinya harus dipelihara terus menyubur di dalam hati...: Kecintaan pada Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam...

~perjalanan kami ke Thaif, semakin menguatkan jejak cinta itu.

Hal apa yang mampu membuat seorang manusia, rela berjalan jauh, hanya berdua dengan sahabatnya, melewati medan yang tidak mudah, tapi terus melangkah sampai ke tujuan?

Dan hal apa yang membuat seseorang yang telah sampai di tujuan setelah melewati banyak rintangan sepanjang perjalanan, tapi malah di sambut dengan cacian dan lemparan batu sampai membuatnya terluka, tapi dengan senyumnya beliau malah berkata, "Jangan hukum mereka, siapa tau ada dari keturunan mereka kelak yang akan memeluk islam."?

Aku rasa, tidak ada alasan paling kuat selain: KECINTAAN SESEORANG TERSEBUT TERHADAP APA YANG DIA BAWA DAN KEPADA SIAPA YANG MENYURUHNYA MEMBAWA RISALAH, JUGA TERHADAP SIAPA YANG AKAN DIA SAMPAIKAN..

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mencintai kita, ummatnya, yang sangat beliau inginkan kebaikan dunia akhirat bagi kita.

Dan kita yang sering lupa dan cuek tidak mau mencari tahu ini, apa sudah membalas cintanya?

Jadilah ummatnya yang terbaik. Jadilah ummatnya yang mencintainya dengan menjadi sebaik-baik hamba Allah... Sesuai dengan kemampuan kita masing-masing....

Apapun kemampuan itu, kalau didasari cinta, ia akan berubah menjadi sebuah energi yang tidak ada habisnya. Dia akan menjadi nyawa bagi hari-hari kita yang selama ini mungkin telah kehilangan rasa...

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

-Surat Ali 'Imran, Ayat 31

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

-Surat An-Nisa', Ayat 69

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَنْ تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.

-Surat An-Nisa', Ayat 80

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?