Menghafal Al-Qur'an itu Bikin Sayang Sama Orang Tua
Saat muroja'ah hafalan Al-Qur'an aku sore ini, aku menikmati banget semua proses mengulang hafalan aku. Memang selalu ada rasa magis yang mengalir saat muroja'ah hafalan al-Qur'an dengan menikmati sampai ke tiap huruf yang dibacakan. Selalu begitu. Setiap kenangan yang ada bersama ayat mengirimkan banyak memori yang membersamainya. Juz yang aku ulang di sore ini juz 8 lanjut juz 2 dan juz 3. Saat mengulang ayat-ayat di juz awal itu aku teringat...ketika awal aku menghafal ayat demi ayat itu. Saat usiaku masih belum juga 10 tahun. Sekarang aku sudah memasuki saat aku akan berusia 34 tahun di Oktober nanti. Yang berarti aku sudah menghafal ayat ini dengan pengulangan bertahun-tahun. Kalau boleh aku menghitungnya, berarti sudah sekitar 24tahunan.
Batinku berkata, "Wah, sudah selama ini. Dan aku masih di sini!"
Betapa baiknya Allah mengizinkan aku untuk masih ada di sini mengulang ayat yang sama, tapi dengan rasa yang semakin dalam. Juga pemahaman yang semakin dalam juga terhadap yang aku hafal itu. Nikmat penanaman ayat-ayat qur'an ke dalam hati juga nikmat pemahaman yang hadir bersamanya, itu tak terbeli dengan apapun.
Bersama dengannya juga hadir rasa syukur yang mendalam dan teringat pada wajah semua orang yang membersamai proses menghafalku sedari dini dulu. Terutama kedua orang tuaku. Mereka yang mengarahkan dengan sangat. Meski dulu aku belum mengerti mengapa aku harus melakukan ini, kenapa aku harus menghafalnya, tapi ternyata suka dukaku setiap proses pembelajarannya menjadi ingatan bergharga yang terpatri bersama ayat yang kulafalkan dengan lancar dan nikmat hari ini di usia dewasaku saat aku bahkan sudah punya anak 4.
Pikiranku dibawa terbang ke tahun-tahun awal hafalanku di juz 30 lalu lanjut ke juz 1, 2, 3 dan 4. Kesyukuran itu rasanya makin meletup dalam hatiku. Aku sebegini diberkahi! Aku sebegini kaya-nya! Aku diaturkan sebuah kisah perjalanan membersamai Al-Qur'an dengan sangat amat luar biasa. Dan aku mencintai semua jenak perjalananku itu. Orang tuaku sebagai pewasilah penunjuk jalan awalku membersamai Al-Qur'an, sangat sangat sangat layak mendapatkan kemuliaan dari Allah. Maka semoga hidayah, kelapangan hati, penjagaan terbaik, rizqi yang baik-baik selalu tercurah limpah untuk keduanya.
Kalau tanpa mereka entah ada di mana aku sekarang kan. Tanpa doa dan visi mereka menjadikan sebuah keluarga rabbani ga akan bisa aku merasakan semua yang aku dapatkan sekarang kan?
Ya Alalh sayangi mereka dan ampuni mereka ya Allah.
Intermezzo: tadi sore selepas aku muraja'ah ba'da ashar, suamiku pulang dari kantor, seperti biasa dengan senyumnya dan pelukan khasnya,
"Kemarin katanya mau ke seblak? Kan belum jadi tuh, mau sekarang?"
"Wah iya, mau!" Jawabku semangat. Selepas muroja'ah dengan sangat fokus, memang suka tiba-tiba lapar kan.
Akhirnya jalanlah kita ke tempat seblak sama Sarah anak ketigaku yang merengek minta ikut juga. Kegiatan makan seblak ini hitungannya ga rutin sih. Hanya sesekali untuk melepas penat. Kalau dihitung intervalnya mungkin dalam 6 bulan hanya satu kali saja agenda nyeblak di tempat seblak enak dekat rumah kita itu.
Tepat di samping tempat seblak itu ada tempat semacam pinjaman yang dengan jaminan BPKB motor. Aku yang masih belum kelar terlempar nostalgia masa lalu sebab muroja'ah, tetiba teringat lagi saat dulu sekitar aku usia MTs, Abi membawaku ke tempat yang kurang lebih serupa dengan tempat pinjaman itu. Aku yang saat itu sudah mulai paham mulai bertanya-tanya, "kenapa Abi sampai harus pergi ke tempat begitu? Apakah memang segitu sulitnya ya keuangan keluargaku sampai harus ke sini."
Perjalanan pulang dari tempat pinjaman itu ke rumah membuatku terdiam dalam pikiranku yang penuh. Aku yang tidak mengerti bagaimana cara menghasilkan uang, tidak tau cara agar aku bisa melepaskan kesulitan dari keluargaku yang bahkan rumah yang kita tempati itu adalah rumah dinas yang diberikan oleh tempat Abi mengajar.
Terlempar lagi ke masa kini, hidupku dnegan suamiku saat ini dan anak-anakku, sesulit-sulitnya tidak perlu sampai pergi menggadaikan BPKB motor untuk mendapatkan agar dapat melanjutkan kehidupan. Sungguh ya Allah, Abi aku baik, dalam ingatanku tentangnya, perjuangannya untuk aku dan anak-anaknya tidak mudah tapi terus bertahan. Gantikan kesulitannya saat itu dengan kebaikan yang banyak ya ya Allah. Aku jadi ingat dengan niatku memberangkatkannya umroh. Aku dengan uang yang sebenarnya juga tidak berlebih banyak, tapi semoga bisa memuliakannya semampu yang aku bisa. Semaksimal yang bisa aku ikhtiarkan. Semoga terwujud di keberangaktan umroh di bulan ini ya Allah. Izinkan, mudahkan, rizqikan...
Kalau umi alhamdulillah sudah jalan umroh di tahun 2018 lalu. Dengan rizqi yang Allah titipkan lewat royalti novel yang aku tulis. Indah ya cara Allah
Sebenarnya Abi pun sudah aku daftarkan, dengan jadwal keberangkatan di Februari 2019 lalu, tapi qadarullah ada kejadian yang menimpa aku dan suami juga tempat yang kami ikhtiarkan untuk berangkat umroh Abi. Dan sampai 2025 ini pun belum juga berkesempatan jalan. Semoga tunai di Februari ini. Aamiin ya Allah.
Umroh sebenarnya masih kurang untuk memuliakan keduanya.. mereka sangat layak dapat pemuliaan yang jauh jauh jauh lebih lagi dari itu. Tapi semua balasan Allah sudah tercatat dengan baik untuk mereka. Aku akan lakukan tugas bagianku. Sebaik mungkin.. baktiku.. doa terbaikku.. sikap baikku.. perbaikan diriku dan semua pencapaian baikku.. semoga buat Allah ridha dan terlimpahkan pula untuk keduanya.
Titip mereka ya Allah. Sayangi mereka ya Allah. Ampuni mereka ya Allah.
Aku sayang mereka karenaMu ya Allah.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^