Postingan

Hari Raya, Luka Lama dan Doa

Aku pikir aku sudah sembuh. Ternyata belum… Aku pikir aku sudah bisa memaafkan. Ternyata belum sepenuhnya… Lalu aku menjadi teramat takut salah. Terlalu berusaha menjaga hati orang lain, hingga tanpa sadar menyakiti diriku sendiri. Aku takut dibenci. Padahal batinku sudah kurang—penuh luka. Dan bisa tiba-tiba ambruk begitu saja. Seringkali aku merasa lemas, lelah, sakit kepala. Kupikir yang sakit adalah tubuhku, ternyata… yang terluka adalah ruhku. Luka itu masih ada. Hancur. Berantakan. Dan aku tak menyadarinya sepenuhnya. Aku hanya mengalihkan duka, mengobatinya semampuku… meski belum kunjung sembuh. Maafkan aku, ya Allah… Dalam alam bawah sadarku, momen takbir menggema membesarkan nama-Mu di hari raya, adalah juga momen aku patah hati… pada banyak waktu, dan pada orang-orang yang semestinya dekat, yang seharusnya merangkulku. Tapi justru saat gema takbir itu terdengar, aku sadar: Tak ada sandaran lain bagiku selain Engkau. Tak bisa kubersandar pada dunia, pada manusia… Hanya pada-Mu...

30 Ramadhan 1446H

Lebaran sudah datang lebih dulu di Makkah. Indonesia baru sehari setelahnya akan berlebaran. Hari baru saja berganti 3 menit lalu. Jadi bagiku ini adalah hari ke 30 Ramadhan. Ditengah tidur lelap tetiba suami menelfon, mengabarkan bahwa di sana sudah masuk hitungan 1 Syawal. Pengalaman pertama kami Lebaran Idul Fitri terpisah. Wajahnya menunjukkan kesedihan saat video call tadi. Dia memang berhati lembut. Juga penuh kasih sayang. Aku ya rindu juga, sedih juga, tapi juga bahagia untuknya sekaligus, bisa dapat kehormatan Itikaf 10 terakhir Ramadhan di Masjidil Haram itu luar biasa kan. Dan dia yang Allah berikan kesempatan terhormat itu. Aku bahagia untuknya. Sebenarnya sedihnya lebih dari sekedar Lebaran tanpa keluarga, tapi karena Ramadhan yang sudah berlalu. Atau ya memang campur aduk perasaan antara keduanya itu. Dalam panggilan telfon ya dia juga sempat menceritakan tentang tadabburnya di Quran surat Al-Baqarah ayat 66. Dalam kondisi setengah sadar aku mendengarnya membahas sekilas ...

Agar Kau Tak Kecewa

Hubungan yang terjalin saat kau berusaha rutin membaca Al-Qur’an, itu adalah hadiah. Saat ia menjelma menjadi hati yang semakin indah dan akhlak yang semakin baik, pastikan bahwa muara akhirnya tetap untuk Allah, pada Allah dan karena Allah saja. Kalau niat niat itu mulai melenceng, pastikan kau kemudikan lagi kembali pada tujuan satu-satunya. Agar tidak ada harap, kecewa, tujuan, selainnya. Kita sudah sama-sama memahami ini. Mari bertahan dalam pembuktian kesungguhan ini ya. Yang sabar. Yang kuat.

Janji yang Terlupakan

Memperhatikan pertumbuhan Abyan, anak bontot kau yang kini berusia 15 bulan. Melihat keceriaannya, dan dia yang sedang sering berceloteh dengan suara yang belum jelas, tawanya, langkah-langkah kecilnya yang belum teguh, senyumnya.. Pikiranku melayang.. Dia dan masa kecilnya, dia yang belum mengerti apa yang dilakukannya, dan dia yang pasti akan melupakan apa yang dia lakukan saat ini saat usianya mulai bertambah. Kapan manusia mulai bisa mengingat apa yang dilakukannya? Kita yang dewasa ini terkadang hanya bisa mengingat samar kejadian yang kita lakukan di usia 2 atau 3 tahun ke bawah. Bahkan di usia 4 pun mulai sulit mengingat tapi di 4 tahun sudah mulai ada ingatan meski samar akan masa yang sudah lewat. Aku perhatikan juga anak-anakku yang beranjak dewasa… Zahroh, Raihan, Sarah.. mereka dengan kenanganku yang bahkan samar pula akan masa kecil mereka. Kalau dengan bantuan foto atau video, atau tulisan yang aku niatkan untuk mengabadikan cerita, aku baru bisa dengan mudah mengingatnya...

Saat Kau Sakit

“Aku sakit.. Hatiku sakit. Akalku sakit. Semuaku sakit.” Katamu. Tapi saat kau ditunjukkan pada obatmu, kau berpaling. Menunda. Mencari obat selainnya. Karena katamu.. ”Aku tak mengerti bagaimana dia bisa mengobati sakitku.” Keberpalingan itu semakin jauh. Jarak yang kau bangun semakin lebar. Sampai kau lupa cara untuk kembali. Tidak usah kau pikirkan soal bagaimana dia mengobati. Tugasmu hanya minum saja obatmu. Jangan ditunda. Jangan tidak diminum. Biar Allah yang turun tangan mengobatimu dengan caraNya. Tugasmu bukan di situ, serahkan saja padaNya. Tugas kita hanya lakukan, lakukan, lakukan! Al-Isra - Ayat 82 وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا The Sabiq company: Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ān (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur`ān itu) hanya akan menambah kerugian. Penawar yang kita butuhkan bagi jiwa yang hancur berkeping ini ada...

Hidayah yang Selalu Dibutuhkan

Diminta menyampaikan taujih singkat di masjid putri pesantren Husnul Khotimah ba’da Maghrib tadi. __________________ Apakah menjadi Islam berarti sudah cukup dan tidak butuh lagi hidayah? Bahkan sehari 17 kali kita berdoa meminta hidayah. Jalan menuju kebahagiaan menjadi seperti orang-orang yang diberikan nikmat. Ini sebuah pertanda, bahwa kebutuhan kita akan hidayah adalah kebutuhan PRIMER dan UTAMA. Hidayah apa? Petunjuk untuk menyadari betapa kita dicintai sama Allah arrahman arrahim Petunjuk untuk memahami ilmu yang didapat dan akhirnya berbuah menjadi akhlak yang baik dan mudah diamalkan Petunjuk untuk bisa mengenali semua maksud Allah atas semua pembelajaran yang diinginkannya untuk kita di setiap episode kihidupan kita Karena, saat Allah ga berikan kita hidayah… Bisa jadi alquran kita hafalkan tapi hati kita ditutup erat untuk memahami makna dan kemukjizatan nya yang akan mampu mengubah diri kita jadi luar biasa. Karena, saat Allah ga berikan kita hidayah… Bisa jadi kita ada di ...

Makna Hidup dan Pujian BagiNya

Hidup kita, kita yang memberinya makna dengan terus terhubung pada Yang Punya Kehidupan kita. Alhamdulillah 'ala kulli haal wa ni'mah. Semua hal itu adalah bangun tidur, nafas, bergerak, jantung berdetak, darah yang mengalir, sistem tubuh yang terus berjalan meski kita tidur, makanan, minuman, waktu, rumah, pakaian, indera, akal, hati, semuanya ini ya Allah alhamdulillah. Segala puji hanya bagiMu.

Perkataan yang Semoga Menjadi Doa

"Mba Nusaibah, hafalannya lancar banget..." Ucap Ustadzah Khofizah dengan senyum dan mata basah usai menyimak setoran hafalanku hari ini sebanyak 4 juz. Di juz 5 sampai juz 8. Hatiku seperti digedor oleh kesadaran. Betapa pujian itu tidak layak disematkan padaku. Karena aku tau, lancar maksimalnya biasanya saat mau ujian. Dalam penjagaan hariannya aku terus menerus mengulangnya memang, maka proses penggabungan ini tidak terlalu berat bagiku seperti sebelum-sebelumnya. Tapi masih saja di banyak tempat aku lupa. Dan ini menjadi reminder sekali untukku, agar lebih erat dan kuat lagi menggenggam ayat-ayat ini. Agar semakin lancar, paham, nempel, dan berbuat jadi akhlak lahir batin yang indah. Perkataan ustadzah Khofizah tadi cukup menjadi pelecut dan semoga menjadi doa yang tulus bagiku, aku harus lebih maksimal lagi menjaga diriku untuk terus terhubung dengan ayat-ayat Al-Qur'an ini.  Ya Allah, maafkan aku atas apa yang dia tidak ketahui, jangan hukum aku atas apa yang dia k...

Yakin yang Bertambah

Lebih dari sekedar retorika dan keindahan bahasa. Doa kita dalam shalat dan bacaan Al-Qur’an kita itu membutuhkan adanya real connection dengan Allah, yang padaNya segala doa terhaturkan. Yang dariNya segala tuntunan dalam Al-Qur’an tersandarkan. بسم الله الرحمٰن الرحيم Ini kalimat yang Allah ajarkan dan Allah tuliskan utuh bagi kita untuk terhubung dan menghubungkan semua aktivitas lahir dan batin kita padaNya. Bicara soal koneksi hati padaNya, aku tau di saat seperti apa dan bagaimana keterhubungan itu terjadi adanya. Kejadian 1 Saat aku memutuskan untuk menyerahkan diriku padaNya lewat bisik hati saat di atas motor yang dibonceng abi, dalam perjalanan kembali ke pesantren. Tapi efek langsungnya belum terasa seketika setelahnya. Kejadian 2 Di tengah semua rasa berat yang aku alami dalam hidupku. Mengadukan semuanya selepas shalat. Melepaskan amarah dan berbagai tanda tanya. Lalu aku memutuskan untuk menerima semuanya. Utuh. Bahkan berterimakasih dengan keseluruhan kondisi diriku. M...

Bahagia yang Aku Temukan Itu...

Bahagia dengan Al-Qur'an? Iya. Aku menemukannya, kebahagiaan itu, ada pada Al-Qur'an. Aku lupa bagaimana rasanya hati yang hampa. Karena hatiku terasa hidup saat aku terus menjaga diriku untuk terus terhubung dengan Al-Qur'an ini. Dan yang terjadi adalah kebalikannya. Saat aku putuskan untuk mencari kebahagiaan selain dari padanya, hampa dan gelisah hadir tanpa nanti dan tanpa tapi. Karena aku tau bagaimana rasa tidak nyamannya ada pada kondisi hati yang seperti itu, maka aku paksa diriku untuk terus mendekat. Aku berusaha untuk terus terjaga agar hatiku terus hidup dengan energi Al-Qur'an itu. Sangking tidak maunya lagi aku merasakan kehampaan yang begitu mengungkung jiwaku itu. Maka aku akan terus berusaha terhubung dengan Al-Qur'an dengan menyetel alarm qur'anku setiap 2 jam sekali dan 10 menit minimal interaksi setiap alarm itu berbunyi. Ya meskipun tidak semua waktu yang saat alarm itu berbunyi lalu aku akan langsung membacanya. Aku akui, memang godaan untu...

Sikap yang Aku Ambil Saat Kecewa

Urusan kecewa sama manusia, soal janji-janji yang ga ditepati, soal ga dianggap penting.. Aku lagi mau belajar dari sini. Rasanya ya ga nyaman banget. Padahal niat baik sudah ada. Bicara baik-baik sudah. Tapi tetap dianggap ga penting. Minimal informasi sih.. tapi bahkan info aja ga dapat. Apa itu namanya mempermainkan? Ya orangnya mah mungkin ga niat mempermainkan. Tapi bagi orang yang sudah berharap ya berasa sedang dipermainkan. Wajar ya kawan jadi lawan sebab yang begini begini ini. Titik permasalahannya di mana? Apa yang bisa dipelajari dan dijadikan pelajaran berharga untuk perbaikan kualitas hidup? Aku keinget satu ayat AlQur’an di surat Al-Anfal.. jangan khianati amanah yang diberikan kepadamu. Apa yang ada dalam kendali? Sapa. Beri kabar. Sampaikan kondisi. Seriusin. Semua orang yang menitipkan hartanya pada orang lain dengan tujuan sesuatu itu semua penting. Jangan dianggap remeh. Catat semua titipannya. Komitmen jaga sepenuh tanggung jawab. Beri informasi saat sedang tidak b...

Menghafal Al-Qur'an itu Bikin Sayang Sama Orang Tua

Saat muroja'ah hafalan Al-Qur'an aku sore ini, aku menikmati banget semua proses mengulang hafalan aku. Memang selalu ada rasa magis yang mengalir saat muroja'ah hafalan al-Qur'an dengan menikmati sampai ke tiap huruf yang dibacakan. Selalu begitu. Setiap kenangan yang ada bersama ayat mengirimkan banyak memori yang membersamainya. Juz yang aku ulang di sore ini juz 8 lanjut juz 2 dan juz 3. Saat mengulang ayat-ayat di juz awal itu aku teringat...ketika awal aku menghafal ayat demi ayat itu. Saat usiaku masih belum juga 10 tahun. Sekarang aku sudah memasuki saat aku akan berusia 34 tahun di Oktober nanti. Yang berarti aku sudah menghafal ayat ini dengan pengulangan bertahun-tahun. Kalau boleh aku menghitungnya, berarti sudah sekitar 24tahunan.  Batinku berkata, "Wah, sudah selama ini. Dan aku masih di sini!" Betapa baiknya Allah mengizinkan aku untuk masih ada di sini mengulang ayat yang sama, tapi dengan rasa yang semakin dalam. Juga pemahaman yang semakin da...

Semua Dari Allah

Kenapa harus hari ini dan saat ini? Karena Allah Yang Maha Mengaturkan tahu bahwa kau butuhnya hari ini dan saat ini. Pengokohan ilmumu, pengokohan amal dari ilmumu. Semua itu sebab Allah Maha Mengetahui kau bisa saat ini. Kau perlu saat ini. Ini baik buatmu. Terimakasih atas semua hal hari ini. Dari sejak saat Kau izinkan aku bangun pagi ini. Kau izinkan aku melantunkan doa dan kupersembahkan sholatku untukMu. Dari semua makanan dan minuman yang Kau berikan untukku dan keluargaku. Ayat-ayat Qur’an yang kubaca dan kutadabburi hari ini. Teman yang baik, dosen yang baik, tugas yang kukerjakan. Tafsir qur’an yang kubaca. Kabar baik yang kudengar. Hal yang membuat adrenalinku meningkat. Anakku yang sudah mulai dewasa. Anak-anakku yang sehat. Suami yang sehat. Nafasku. Penglihatanku. Pendengaranku. Akalku. Hatiku. Sehatku. Hidupku. Rumahku. Motorku. Bajuku. Uangku. Semua yang Kau berikan dan titipkan padaku. Terimakasih. Segala puji bagiMu yang memberikanku semua hal tanpa henti. Alhamdulil...

Tempat Tinggal yang Baik dan KeridhaanMu

At-Taubah - Ayat 72 وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ The Sabiq company: Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga `Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung. https://tarteel.ai/ayah/9/72 مساكن طيبة bermakna tempat tinggal yang baik . Saat aku Muroja’ah hafalan qur’an aku di ayat ini, aku terpaku di kata ini. Kita tinggal di dunia saat ini, di mana orang di medsos beragam rupanya. Ada yang senang menampilkan keindahan rumahnya. Tempat tinggal yang baik kadang memang menjadi keinginan hati banyak manusia ya. Definisi dari tempat tinggal yang baik itu apa? Bermacam-macam pastinya. Bisa jadi bermakna rumah yang luas, indah, deng...

Kusebut Ia Dialog Iman

Terjadi lagi dialog dua arah itu. Lagi fokus berbenah diri sama Al-Qur’an, ceritanya begitu. Ya tilawahnya, yang muroja’ahnya. Berusaha untuk konsisten dan menghilangkan tipu2 diri. Belajar lebih jujur sama diri sendiri dan sama Allah. Kan ceritanya abis liat postingan orang yang lagi jalan-jalan ke luar negeri. Ikut senang atasnya. Ikut mendoakan. Ikut bahagia aku tuh atasnya. Tapi kan ga dipungkiri dalam hati ada yang mencuat gitu kan, “Ih mau jugaa!” Wajar dong dan gapapa banget kan? Berakhir jadi scrolling-scrolling dan kepikiran soal iri itu. Kan manusiawi ada rasa iri. Tapi aku pun sadar ingin mengendalikannya sebaik mungkin. Kepikiran: dia layak dapatkan itu atas kekonsistenannya. Dia layak dapat itu sebab dia punya ikhtiar nyata. Dia pantas dapat itu sebab aku tahu bagaimana begitu hidup subuhnya dan subuh keluarganya. Dia memang layak. Dan aku perlu terus berbenah. Shalatku. Ibadahku. Hidupku. Matiku. Semuanya. Dimurnikan lagi. Eh pas ziyadah murojaah baca ayat QS Al-Isra ayat...

Kagummu Untuk Siapa?

Kalau kagummu, harapmu, masih terpatri dan tertuju pada manusia.. Entah butuh seberapa lama lagi waktu untukmu belajar dan memahami. Bahwa kekaguman tertinggi dan harapan terbesar mestinya selalu tertuju pada Tuhannya manusia. Manusia yang tampak kemilau dengan segal prestasi dunia dan akhirat ya itu, jika dia benar mempersembahkan ke mana tujuan dari semua presatasi itu pun sedang tertuju dan menuju pada Tuhannya. Maka saat kau memutuskan untuk mengagumi dan berharap pada Tuhan dari semua makhluk, maka dia, manusia yang sempat mencuri getaran di hatimu itu, ada dalam radius yang sama dan dekat teramat dekat denganmu. Hai… Tidakkah kau lihat bagaimana Allah menyayangimu dengan sayangNya yang begitu dalam? -jika kkau tau- mestinya akan membuat kau terkagum utuh seutuh-utuhnya padaNya saja… Pada cintaNya , pada luar biasaNya, pada Lathiif Nya, pada semua-semuaNya.. Mulai dari sekarang. Melangkahlah padaNya agar kau bisa mengagumiNya dan rela memberikan terbaikmu untukNya…

Ini Semua Baik

Semua ini bermakna. Sampai pun pada hal yang tampak sangat amat remeh dan biasa bagimu. Coba lihat ulang, lihat lagi. Akan kau temukan sesuatu yang berbeda. Kesadaran itu akan turut hadir serta. Kesadaran tentang betapa kau, aku, kita, teramat diberkahi dari segala sisi. Pada yang kau sebut masalah. Pada yang kau sebut itu duka. Pada yang kau sebut itu patah dan luka. Rupanya.. hanya sebab kita tak mengerti. Hanya sebab kita terlebih dahulu menduga-duga. Kita Banyak Salah Sangka Coba belajar tenang. Tarik nafas dalam. Bukankah ini baik? Bukankah i n i b a i k ? Ya.. Ini baik.. teramat baik.. Terimakasih atas semua ini…

Belajar dari Mengajar

Menjadi pemateri sebuah acara, bukan berarti ilmu yang ada padamu lebih dari yang duduk mendengarkan. Terkadang apa yang kau terbata mengamalkannya, tertatih menyampaikannya, kalut dalam jenak-jenak memantaskan diri, itu yang mudah diakses dan mudah dilaksanakan oleh mereka, pendengarmu. Maka aku terus menguatkan tekad dalam menyampaikan meski hanya satu ayat. Mengenyahkan rasa tak pantas dan rasa bodoh yang meski belajar pun tak kunjung pandai. Mencukupkan diri menjadi hamba yang bertekad jadi sebenar hamba. Aku yang saat ini di perjalankan Allah dari mengisi satu kajian ke kajian lain. Terus menambah wawasan agar layak dan semakin pantas menjadi seorang pengajar yang menyampaikan ilmu. Meski ya kadang tergopoh juga. Aku izin ya ya Allah, pagi ini bersiap menyapa hamba-hambaMu di belahan bumi sebelah Babelan sana. Menyapa mereka, mensahabati mereka, bersaudara dengan mereka, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran juga dalam berkasih sayang. Mohon lisan aku ini dibimbing. Izin...

Secercah Cahaya Dari Buku yang Kubaca

Masih tertegun selepas menamatkan bacaanku. Buku yang aku tamatkan kali ini adalah buku The Incredible Muslim karya Edgar Hamas. Penulis bukunya ini adalah adik tingkat aku semasa di pesantren dulu. Tapi aku rasa kesadaran nya hadir lebih awal daripada aku yang lebih tua empat tahun darinya. Dan aku dapati peran orang tuanya dalam menanamkan pentingnya belajar, Dasar dasar keislamannya lebih utuh dari yang aku dapatkan. Aku senang bisa mendapatkan kebaikan dari buku karyanya ini. Pesannya dapat sekali. Bangga menjadi muslim. Dan langkah apa yang harus aku lakukan dalam memberdayakan diriku untuk kebermanfaatan yang meluas. Baca buku ini di ajak menjelajah ke banyak tempat dan ke dimensi waktu yang berbeda. Merasakan energi luar biasa yang bisa diambil dari peristiwa-peristiwa sejarahnya. Ada benang kusut yang terurai. Ada cahaya yang mulai jelas terlihat. Perjalananku belum usai. Baru saja dimulai. Belajar. Bangga. Bela. Bahagia. Ingat ya..! Ada yang mau aku kutip dari buku ini. Kita J...

Bosan

Apa hal membosankan yang pernah kau alami dan kau harus tetap menjalani kebosanan tersebut dalam keseharianmu selama bertahun-tahun, setiap hari? Akan ada banyak sekali jawabannya ya. Tapi aku akan menjawab satu saja, dari sekian banyak. Belajar. Satu dari sekian banyak hal membosankan yang harus terus-menerus dilakukan adalah belajar . Belajar untuk shalat lebih khusyu’. Belajar untuk jadi pribadi yang lebih baik. Belajar untuk menjadi muslim yang benar. Belajar untuk lebih mencintai membaca Al-Qur’an. Kata belajar ini mewakili beberapa hal membosankan yang tercakup darinya ya. Kenapa belajar membosankan? Karena progresnya, prosesnya, kuantitasnya, tidak bisa instan. Bisa sih instan, tapi akan cepat lagi pudar, patah, roboh, tidak awet. Lamanya proses, banyak yang tak tahan dengannya. Aku mungkin salah satunya. Tapi pengajaran Allah memang sempurna. Dari lamanya waktu yang berlalu, beberapa hal bosan itu tetap aku jalani sambil kucari makna di dalamnya, ternyata ia kokoh di hati. Otom...