Ramadan telah pergi. Ia tidak pamit. Tidak pula menoleh. Hanya meninggalkan jejak harumnya dalam ruh—jika kita benar-benar hadir saat ia datang. Kini Syawal menyapa. Bukan dengan gegap gempita pesta, melainkan dengan sebuah pertanyaan yang sunyi: “Masihkah kau ingat siapa dirimu saat Ramadan menyentuh hatimu?” Syawal bukan jeda. Bukan tempat kembali bersantai dari perjuangan ruhani. Ia justru pintu masuk, ke sebuah medan baru: konsistensi setelah intensitas. Tentang Ramadan: Mengapa Allah Memilihnya Allah menyebut Ramadan sebagai bulan yang mulia, karena: “ Di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan dari petunjuk itu, dan pembeda antara yang benar dan batil.” (QS. Al-Baqarah: 185) Ramadan bukan bulan lapar. Bukan sekadar puasa. Tapi bulan turunnya cahaya pertama dari langit ke dada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Asyur menuliskan: turunnya Al-Qur’an adalah alasan mengapa waktu menjadi mulia. Bukan karena malamnya, bukan karena hari-harin...
(Refleksi tentang kasih sayang Allah di balik setiap perintah dan larangan-Nya) Hari ini Allah mengajarkanku sesuatu. Bukan lewat ayat yang kubaca, bukan pula dari ceramah atau buku yang kubuka—melainkan lewat keseharian sederhana bersama anak-anakku. Lewat satu peristiwa kecil di rumah, yang mungkin tampak sepele, tapi justru di sanalah Allah menyisipkan hikmah yang begitu dalam. 1. Sebuah Permainan yang Tak Biasa Sore itu, Raihan, anakku yang berusia sembilan tahun, sedang bermain dengan sebuah kardus besar. Ia tampak sangat antusias, seolah menemukan dunia baru dalam kardus itu. Tangannya memegang garpu besi, dan ia mulai menusuk-nusuk bagian permukaannya dengan semangat. Bagi anak-anak, mungkin itu hanyalah permainan yang seru. Tapi dari sudut pandangku sebagai seorang ibu, yang langsung bisa membayangkan segala risiko—itu berbahaya. Lebih-lebih lagi, adiknya yang baru dua tahun sedang memperhatikan dengan mata berbinar. Aku tahu sebentar lagi ia pasti akan meniru. Dan di situlah n...
Sepotong hatiku saat membaca Qur'an di halaman ke 157 merasakan sebuah getaran dan membuat air mataku turun begitu saja. Perkataan Allah terkhusus di halaman ini pada ayat ke 52 surat Al-A'raf berbicara tentang datangnya Al-Qur'an untuk kita. Yang Allah jelaskan atas dasar pengetahuan, yang menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang yang .b.e.r.i.m.a.n. Jadi Al-Qur'an ini barulah bisa menjadi sebuah pengetahuan yang menjadi petunjuk dan rahmat atau kasih sayang atau cinta, jika seseorang yang membacanya adalah orang yang beriman. Fun fact -nya... di beberapa ayat kedepan di surat yang sama, Allah mengabarkan bahwa di alam ruh, kita semua sudah mengakui bahwa Allah adalah Tuhan kita, tidak terkecuali. Kita semua, manusia, saat belum bisa disebut sebagai manusia, sebelum bahkan hadir di dalam rahim ibu kita, kita semua telah berjanji dan bersaksi atas hal tersebut. Jadi sebenarnya, dasar keimanan itu ada di dalam hati setiap manusia. Menjadi sebuah kepastian yang diseb...
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^