Jadi Istri yang Bahagia
Mengorbankan keinginan pribadi sebab ingin taat suami.
Mengorbankan lehilangan kenyamanan diri dalam mengurus anak-anak dan keluarga.
Aku pernah dengar entah dari mana sumbernya, bahwa dalam berumah tangga setiap yang ada di dalamnya tidak boleh ada yang merasa telah berkorban. Semuanya harus menjalani peran masong-masing dengan dada lapang dan bahagia tanpe merasa telah berkorban.
Agar tidak ada anggapan, "Aku tuh sudah berkorban lebih banyak dari kamu untuk keluarga ini. Tolong dong aku dihargai!"
Baru membayangkan mendengar kalimat begitu aja pasti rasanya sudah sangat jengah dan ga nyaman ya.
Baik..mari kita uraikan satu demi satu.
Peranan kita masing-masing entah sebagai apapun dalam ruang lingkup sebuah rumah tangga pasti sudah satu paket lengkap dengan hak beserta juga kewajibannya.
Sebelum mengubah semua hal dan semua orang di luar diri kita, pertama dan paling utama, mari cek apa yang ada dalam peranan kita. Adakah kewajiban yang belum tertunaikan? Adakah kewajiban yang perlu ditingkatkan lagi dari diri kita? Adakah kewajiban yang masih ditunda-tunda bahkan enggan untuk dilaksanakan sebab begitu berat di rasa?
Mari cek. Satu demi satu perlahan.
Di sini peranku adalah sebagai seorang istri dan ibu. Aku hanya ingin menjabarkan peran sebagai istri saja di tulisan kali ini. Agar bahasan tidak melebar ya.
So...
Apa kewajibanku sebagai istri?
1. Berwajah manis depan suami.
Jangan kemrungsung seperti ga ridha atas dirinya dan apapun yang dia berikan. Apapun yang menjadibkarakternya, seberapapun yang mampu dia usahakan, terimalah dengan dada lapang dan wajah penuh ridha sebagai ekspresi syukur atas hadirnya. Atas semua perannya. Atas semua usaha terbaiknya sebagai suamimu dan sebagai ayah dari anak-anakmu.
Bantu dia berusaha lebih maksimal lagi dan makin luar biasa lagi dengan senyum ridha di wajah kita ya. 😊
2. Melayani suami dengan baik. Dia rajamu di rumahmu. Rajamu dalam hubungan kalian.
Taat dalam kebaikan itu mesti. Jika dia menyuruh taat dalam kemaksiatan atau ga usah maksiat deh, dalam hal yang sepertinya malah mengorbanlan diri kita sebagai istrinya. Coba ditanya, apa alasannya? Lenapa ini harus dilakukan. Inilah titik krusialnya. Membuka komunikasi terkait hal ini harus dilakukan dua arah. Istri yang bertanya dengan baik dan santun. Pun suami yang menjawab dengan alasan yang logis dan tidak keburi emosional.
Pertanyaan kita atas perintahnya, itu hal yang wajar. Itu bukan sebuah pemberontakan atau tanda ketidaktaatan.
Bedakan dengan pertanyaan menyudutkan apalagi sindiran telak ya. Wajar kalau dapat kembaliannya suami yang menjawab dengan emosi digas ke angka 100.
Memang menjaga relationship antar suami istri perlu keahlian. Jangan lupa ingat tujuan kita menjalani peran sebagai istri adalah karena Allah. Karena mau Allah ridha. Berharap sebab suami ridha Allah pun jadi ridha sama kita.
Sebagaimana seorang raja diperlakukan. Dahulukan dia atas dirimu. Persiapkan kebutuhannya. Tanyakan apa yang dia perlukan. Beri servis yang baik.
Menurutku 2 hal ini yang pentingnya. Yang lain hanya perincian. Kalau ada lagi akan aku lanjutkan nanti.
Soal hak.. menurutku, jika sudah dimaksimalkan apa yang jadi kewajiban kita, hak pun akan kita dapatkan tanpa perlu kita menuntut atau tanpa perlu kita merasa si paling sudah berkorban.
Yang penting dahulukan hak suami kita atas kita. Sisanya Allah akan aturkan datang jadi bagian kita, apa yang jadi hak kita. InsyaaAllah. Dia tidak pernah lalai dalam mencatat tiap tindak tanduk laku kita kan?
😊
Yuk praktek.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^