Getaran Sepotong Hatiku di ayat ke 52 dan 53 Surat Al-A'raf

Sepotong hatiku saat membaca Qur'an di halaman ke 157 merasakan sebuah getaran dan membuat air mataku turun begitu saja. Perkataan Allah terkhusus di halaman ini pada ayat ke 52 surat Al-A'raf berbicara tentang datangnya Al-Qur'an untuk kita. Yang Allah jelaskan atas dasar pengetahuan, yang menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang yang .b.e.r.i.m.a.n. 

 Jadi Al-Qur'an ini barulah bisa menjadi sebuah pengetahuan yang menjadi petunjuk dan rahmat atau kasih sayang atau cinta, jika seseorang yang membacanya adalah orang yang beriman. 

Fun fact-nya... di beberapa ayat kedepan di surat yang sama, Allah mengabarkan bahwa di alam ruh, kita semua sudah mengakui bahwa Allah adalah Tuhan kita,  tidak terkecuali. Kita semua, manusia, saat belum bisa disebut sebagai manusia, sebelum bahkan hadir di dalam rahim ibu kita, kita semua telah berjanji dan bersaksi atas hal tersebut. Jadi sebenarnya, dasar keimanan itu ada di dalam hati setiap manusia. Menjadi sebuah kepastian yang disebut fitrah.

Maka sebenarnya, saat Al-Qur'an dibacakan lalu seseorang yang membacanya atau mendengarkannya, dan ia paham apa isi dari bacaan Al-Qur'annya meski hanya sebatas lahiriyah atau sebatas mengetahui artinya saja, ayat Al-Qur'an sudah akan sangat mampu mengetuk fitrah keimanan yang tertanam di dalam diri tiap manusia itu.

Tapi, entahlah, mengapa manusia semakin dewasa, semakin matang pikirannya, justru semakin banyak membangkangnya. Dia baru akan mau mengikuti sesuatu hal jika sesuatu hal itu membawa keuntungan bagi dirinya. Apa istilah yang tepat untuk hal ini ya, ah iya, oportunis. maka banyak di ayat lain Allah berbicara tentang berbagai keuntungan atas iman itu. Teramat banyak ayatnya. Tapi lagi-lagi, iman ini memang punya konsekuensi, untuk akhirnya menjadi penyaring, manakah yang imannya benar dan mana yang imannya bohong. Konsekuensi atas iman adalah pembebanan syariat, bahkan ujian demi ujian pun akan hadir untuk membuat iman itu semakin murni jika kita bisa menyikapi tiap ujian yang hadir dengan penyikapan yang tepat. Jangan sangka, yang tak lolos ujian pun ada. Maka iman itu tinggal kelas, atau malah turun kelas, bahkan bisa hilang!

Maka sikap oportunis manusia ini digambarkan Allah dalam ayat berikutnya, di ayat ke 53 surat Al-A'raf. Manusia, hanya menanti-nanti kebenaran dari Al-Qur'an itu sendiri. padahal saat hari bukti kebenaran itu tiba, orang yang dulu mengabaikannya, tidak percaya dengannya, malah akan berseru, "Ternyata yang dibawa oleh para Rasul itu benar adanya! Berita itu semuanya benar!" Lalu manusia mulai melobi banyak pihak, banyak orang yang dianggapnya bisa membantunya kembali lagi ke  dunia, agar bisa berbuat tidak seperti perbuatannya yang sebelumnya. Tapi sayangnya, itu hanya harapan kosong belaka. Jauh panggang dari api! Apa yang dulu mereka ada-adakan, sudah hilang dan tersisa hanya kerugian bagi diri mereka sendiri.

Baru di dua ayat ini saja, aku sudah dibawa pergi jauh dari alam sebelum adanya kita, sampai pada alam saat kita kembali setelah kematian. Kunciannya ada pada keberimanan pada Al-Qur'an dan setiap berita yang Allah sampaikan didalamnya. Maka dari dua ayat ini aku dapat sebuah penguatan, bahwa jika aku tidak mau menjadi satu yang merugi kelak saat hari bukti kebenaran Al-Qur'an menjadi sebegitu nyata, aku harus:

1. Memperbaiki keimananku pada Allah lewat perbaikan keimanan dengan terhubungnya aku sesering mungkin dengan kalamNya. Al-Qur'an Al-Karim ini. Membacanya lebih dari sekedar menjadikannya bacaan kosong tanpa makna, tapi menghayati setiap apa yang Allah sampaikan dengan penuh perhatian dan memikirkan ayat-ayatNya, lalu take action atas semua yang didapat dari hasil baca dan penghayatan tersebut. Satu lagi, menuliskannya untuk mengabadikannya, membacanya saat lupa, pengingat bagi diri sendiri dan pengingat bagi orang lain yang membaca tulisanku.

2. Aku akan percaya pada setiap apa yang tertulis di dalam Qur'an, tanpa perlu menunggu-nunggu kebenaran bukti perkataan Allah ini, dengan kepercayaan yang akan melahirkan iman yang makin kokoh. Saat ada ayat yang tidak aku pahami, aku akan beriman terlebih dahulu, tapi berusaha mencari tahu maksud Allah di ayat tersebut dengan meneruskan pembelajaranku tanpa henti. Di saat aku lemah atau tergoda bisikan setan, aku berharap, setiap ayat yang melekat dalam ingatan dan meresap dalam dada itu akan menjadi pemantik aku kembali lagi dan lagi pada keimanan yang benar.

3. Amalku, harus sesuai dengan tekad keimanan yang aku maksud diatas. Agar tidak perlu ada kerugian dan penyesalan atas amal perbuatan yang dilakukan semasa hidup yang Allah berikan padaku ini. Shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, semua aku persiapkan dengan baik, berbuat dengan baik dan persembahkan hanya untukNya saja.

4. Aku akan meneguhkan dalam hatiku, bahwa pertolongan semua milik Allah dan hanya dariNya, maka aku, hanya boleh berharap itu padaNya, bukan dari .s.i.a.p.a.p.u.n. selainNya! 

Sebenarnya, ayat-ayat di halaman 157 ini masih begitu menarik untuk diulas mendalam lagi, tapi kurasa di tulisan kali ini, cukup sampai sini dulu. Semoga imanmu terkuatkan dengan ini ya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

puisi yang aku suka