Percikan Sapa

Ini harus segera kuceritakan sebelum waktu memudarkannya tanpa sempat kuabadikan dalam jejak kata-kata.

Mungkin Kau sedang kembali menyapaku lewat semua yang terjadi di sekitarku.

Lewat bu Imas Tuti yang usianya 57 tahun. Dan sudah 26 tahun mengalami sakit bengkak di kaki kirinya. Aku pun sampai ngeri melihatnya. Duduk pun hanya bisa selonjoran tanpa bisa menekuk kakinya.
Aku yang hanya anak kemarin sore yang baru belajar di sebuah training dan ingin memberikan setidaknya sedikit manfaat untuk orang yang butuh bantuanku. Tanpa pikir panjang langsung saja aku terapi ibu tersebut. Tak peduli bagaimanapun hasilnya. Entah sembuh ataupun tidak, aku hanya mengikhtiarkan semampuku.
Terapi putaran pertama untuk rasa pegak dan berat di kakinya. Putaran kedua untuk rasa kesemutannya. Putaran ketiga untuk emosi yang dirasakannya, rasa jengkelnya yang dipendam sekian lama, rasa kesalnya, rasa bersalahnya pada seseorang. Putaran keempat untuk kakinya yang tidak bisa dilipat saat duduk. Bahkan shalat selama ini dalam keadaan duduk di kursi atau selonjoran.
Aku hanya mengusahakan membantunya semampuku. Aku hampir menyudahi saja terapiku yang tampaknya belum juga menunjukkan hasil. Tapi tetiba aku dibuat kaget dengan tangis ibu itu yang sambil lirih mengucap hamdalah, takjub karena pada akhirnya  bisa duduk dengan melipat kakinya dan tanpa merasakan sakit.
Aku menahan getar haru dalam hatiku saat mendengar ibu itu terus saja mengucap hamdalah sambil meneteskan air mata dan suara yang gemetar.
Ternyata menurut cerita beliau, sudah lama beliau tidak bisa duduk tahiyat.
Sore itu, Bogor yang memang sudah dingin membuatku semakin menggigil merasakan haru yang tiada habisnya.
Allah.. Allah.. Allah..
Hanya itu yang sanggup kuucap dalam diamku di kedalaman hatiku...
Kau sapa aku lagi sore ini... Dengan begitu indah dan lembut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

Hmm..ukhti, istiqomahlah..