Seorang Ibu, Seorang Istri dan Tulisannya

Awal mula tertarik menulis di blog hanya untuk seru-seruan aja.

Sampai akhirnya menjadi sebuah sarana untuk mengurai kegelisahan.

Aku terbiasa menguraikannya dalam bentuk tulisan. Saat kekosongan hati, berbagai rasa yagng mampir, mengabadikannya dalam bentuk tulisan. Hanya untuk konsumsi pribadi. Tapi rasanya menyenangkan saja bisa membukanya di manapun setiap aku sedang butuh kembali membaca diriku. Menjeda waktu untuk mengatur langkah kemana akan melaju lagi.

Ada yang bertanya mengapa menjadi tidak terlalu produktif lagi menuliss saat sudah menikah. Jangankan orang lain yang bertanya-tanya. Aku pun masih mencari-cari sebabnya. Mencoba Menelisik dalam-dalam ke kedalaman hati... Aku.. Sepertinya sudah sibuk dengan kehidupan nyataku. Dulu sebelum menikah (lagi) mungkin aku sibuk dengan diriku sendiri. Tapi kini aku sibuk mengurusi suami, anak, rumah tangga, hafalan qur'an, kerjaan... Apa boleh menjadikan itu sebagai alasan tidak lagi produktif menulis? Sepertinya aku biarkan hatiku tidak tajam lagi menangkap makna dan hikmah. Padahal dalam keseharian, dalam tiap langkah perjalanan, begitu banyak hikmah bertebaran tapi entah mengapa aku yang kini malah merasa enggan melanjutkannya kke dalam sebuah tulisan. Mengabadikan hikmah untuk menjadi mutiara hati.

Anggaplah aku salah. Tapi rasanya aku sudah terlalu lelah untuk meluangkan waktu untuk menulis lagi. Sekalinya mulai menulis lagi panggilan anak, panggilan suami, panggilan telfon (tuntutan pekerjaan menjadi seorang admin) mulai mengganggu membuyarkan fikiran. Ya tentu saja aku paham mana yang harus lebih aku prioritaskan dari pada ide yang sudah mulai mengabur. Kata-kata yang tersusun menghilang lagi. Terpotong, lalu enggan kembali melanjutkan.

Sebenarnya menuliskan kisah tentang menjadi seorang ibu dan menjadi seorang istri pun tidak kalah menariknya. Hanya apa aku mampu melihatnya dari sisi yang istimewa. Bukan diistimewa-istimewakan tapi istimewa dalam artian sesungguhnya, alami.

Tentang menjadi seorang ibu dan istri tidak seharusnya menghalangi untuk berkarya harus segera dimulai. Pelan-pelan. Sehari satu tulisan. Tak harus panjang. Tapi menyimpulkan dalam kata-kata tentang sekelumitan rasa sepanjang hari tersebut. Tersimpulkan dalam sebuah tulisan... Tentangmu... Untukmu... Agar menjadi lebih baik lagi...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?