Tanjung Pinang dan Putri Cahaya

Ini tepat hari ke-7 ku di pulau orang. Jauh dari pulau Jawa. Bukan untuk melancong. Tapi untuk terus melangkah maju. Memperbaiki diri. Menjadi manfaat. Memnghasilkan karya. Memberdayakan potensi. Dan berusah terus menjadi hamba yang mencintai dan dicintai oleh Allah.

Tanjung Pinang. Ini nama kota yang kusinggahi dan akan aku tinggali dalam waktu yang tidak sebentar. Keputusan besar yang awal mulanya,  mungkin aku putuskan karena berbagai tekanan kehidupan yang aku rasakan. Tapi,  rupa-rupa tekanan hidup memang tak akan pernah tak sesuai dengan yang kita butuhkan, karena kesemuaannya tak luput dari perencanaan Allah yang telah mengaturnya sedemikian sempurna.
Mungkin memang tekanan demi tekanan itu dihadirkan agar aku melambung melewati awan meski dengan mata basah dan dada resah agar sampai di tempat kuberpijak saat ini. Tidak ada yang kebetulan. Itu yang selalu aku yakini. Pun keberadaanku yang saat ini berkilo-kilo meter jauhnya dari keluarga sedarahku. Aku tak pernah menyesali tiap keputusan yang aku ambil,  selama itu masih dalam perjalananku menuju kevaikan dan semakin baik.

Lucu sekali mendengar orang-orang asli dari pulau sinu saat berbicara bahasa Indonesia yang kental dengan aksen melayu. Seperti sedang mendengar Upin dan Ipin berbicara. Dari logatnya,  nadanya,  semuanya. Seperti sedang menonton film kartun yang satu itu.

Seminggu awalku di sini langsung aku lalui dalam mukhayam qur'an. Full seminggu berinteraksi dengan al-qur'an. Aku menjadi pembimbing. Penerima setoran hafalan anak-anak di rumah tahfizh Ashhabul Qur'an namanya. Aku tersenyum mendengar satu persatu nama anak yang hadir. Mereka alah putri-putri cahaya. Ya, Putri Cahaya masa depan gemilang kelak. Rela menyisihkan waktu muda untuk mendalami al-qur'an. Aku terkagum dengan mereka. Melihat mereka adalah seperti melihat cerminan diriku saat seusia mereka.

Hari yang akan aku lalui kedepannya. Adalah hari di mana aku akan sibuk dan mentibukkan diri dengan al-qur'an. Menjaganya sampai di batas nafas terakhirku. Mengamalkannya sekemampuanku,  sekuat tenagaku. Berusaha meraih kemuliaannya… menyelaminya… mempersiapkan bekal terbaik bagi anakku untuk dunia dan juga akhiratnya. Semoga dia kelak akan menjadi lebih baik dari diriku.

Komentar

  1. http://cahayashaadahaiyouti.blogspot.com/2015/01/project-buku-rumah-tahfizh-ashhabul.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?