Lombok



Perjalanan… selalu punya makna lebih dari sekedar keberangkatan lalu kembali pulang. Tapi makna di dalamnya. Ikatan-ikatan persaudaran yang terjalin juga simpul-simpul noda hati yang terurai.

Aku selalu suka perjalanan.

Perjalanan kali ini membawaku melangkah menuju Indonesia bagian tengah: Lombok. Pulau Seribu Masjid. Perbedaan waktu satu jam lebih cepat dari tempat tinggalku di bagian barat Indonesia.

Dari awal keberangkatan, aku sudah terkagum dengan lautan awan yang meluas di luar jendela Lion yang membawaku terbang. Luas, tenang, putih. Aku semakin menyadari, dari atas, semakin atas, semua semakin terlihat kecil. Rupanya begini langit luas yang selalu aku pandangi dari bawah sana saat aku sedang berusaha meluaskan hati, menganggap luasnya hatiku seperti luasnya langit. Dari dekat pun langit dan gumpalan awan beraraknya tetap terlihat indah. Dari jauh saja menatapnya sudah menggetarkan hati, dan ternyata menatapnya lebih dekat, jauh lebih indah lagi. Siang itu, di dalam pesawat, aku bersepakat dengan hatiku: ya, aku akan tetap menjaga keluasan hatiku seluas langit indah ini. 

Tidak cukup sampai di sana, perjalanan ke Lombok ini membuat aku tau satu hal, aku cinta Lombok. Langitnya, lautnya, orang-orangnya, semuanya. Bagaimana tidak membuatku semakin cinta pada Pencipta itu semua? Saat kau pandangi laut jernihnya, kau mungkin akan sama denganku: tidak mau segera pulang. Saat kau pandangi paduan sempurna bebukitan dan pesisir-pesisir lautannya, kau akan merasakan kelapangan hati sekaligus haru dalam waktu yang bersamaan. MasyaAllah..

Mengingat langkah yang aku jejakkan di pulau ini, membawaku tersungkur bersujud di ujung mushalla Bandar Udara Internasional Lombok, sesaat sebelum aku kembali ke Jakarta. Mengucap syukur yang terasa meluap-luap atas izinNya memperkenankan aku berjalan sejauh ini. Dia sungguh Maha Baik padaku.

Suatu saat, semoga Allah izinkan kembali menatap keindahan Lombok. Dan mengarungi kejernihan lautannya.

Pukul 9 malam waktu Indonesia barat, sesampainya di Jakarta, sesaat sebelum pesawat mendarat, kerlipan lampu ibu kota dari ketinggian juga tidak kalah indah, membuatku teringat pada foto-foto masjidil haraam dari kejauhan. Ah, mungkin di sana akan jauh lebih indah dari pada ini ya. 

#sejenaktulisjejak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?