Sebuah refleksi hidup: ~Tentang Sakit~

Sakit yang terlihat secara fisik hanya menampakkan sesuatu yang sakit secara batin. Ini sangat terasa.

Sakit… selalu membutuhkan waktu untuk diobati. Pahitnya obat harus dirasakan minimal 3 kali dalam sehari selama 3 hari, jika memang sakitnya tidak terlalu parah mungkin akan segera bangkit sehat dengan segera. Tapi,  jika sakitnya lumayan parah,  minum obat pahit tidak hanya 3 kali dalam sehari selama 3 hari,  justru akan bertambah menjadi 3 kali dalam sehari selama lebih dari 3 hari. Benar begitu kan?

Seperti itu juga mungkin pemahaman dan penerimaan akan sebuah 'sakit' yang bermakna lain, butuh waktu.

Dan waktu, selalu jadi obat terampuh bagi segala jenis sakit. Biarkan waktu yang akan mengobati. Karena seiring berjalannya waktu, hati akan membiasakan diri untuk menerima dan memahami pelajaran dibalik sakitnya. Mencari berbagai 'cara' untuk kembali 'sehat' seperti sedia kala.

Satu lagi yang tidak boleh lupa, semudah menjentikkan jari, semudah mengedipkan mata, Allah berikan sakit pada yang sehat,  juga berikan sehat pada yang sakit.

Hal mudah bagiNya.

Yang sering lupa hanya kita:  Lupa meminta. Lupa bercerita. PadaNya.

Hal yang terjadi padaku, berulang dan mulai memprlihatkan suatu pola. Jika aku mulai sakit. Sakit parah. Dalam hal ini thypus. Yang rasanya hampir setiap setahun atau dua tahun sekali kambuh. Akan ada hal yang sama berulang aku rasakan di setiap episode sakit itu.

1. Menjelma sesosok pesimistis akut.
       Saat aku mulai merasa semua yang aku lihat hanya NEGATIF. Melihat kebaikan pun, hati hanya bersuara miring. Melihat orang lain hanya memandang sebelah mata, sinis. Semua terasa amburadul. Saat itulah aku sadar,  ada yang salah pada diriku. Terasa begitu sulit melihat sisi positif. Yang biasanya dengan mudah aku tarik dan melegakan hati. Tapi saat mulai terasa begitu, aku paham, aku sedang sakit.
       Aku mulai menyesal menjadi diriku. Benci menjadi aku. Marah kepada aku. Berharap aku bukan aku.
       Entahlah apa hubungan salmonella thypy dengan rasa pesimis sekaligus hati yang sedang 'sakit'. Yang pasti ada kolerasinya. Entah apa.

2. Enggan berbicara,  banyak berpikir, merenung dan introspeksi.
       Dalam kondisi sakit dalam makna ganda, yang akan aku keluarkan saat bicara hanya kenegatifan. Jadi biar saja aku simpan tulisan negatifku untuk aku sendiri dan hanya sebagai pelampiasan dan penyaluran sakit di hati.

Aku berkesimpulan, mengalami sakit, adalah sesuatu anugerah. Tanda bahwa alarm penting mulai berbunyi. Ada yang salah, dan harus segera diperbaiki. Ada yang salah, dan harus segera dicari dan dipahami untuk tidak diulangi lagi.

Sesuatu yang harus dilakukan saat sakit adalah bersyukur. Allah masih sayang, masih ditegur. Kalau Allah marah, kamu salah pun kamu akan didiamkan. Boro-boro disapa, mungkin dilirikpun tidak.

Hal kedua yang harus dilakukan sesudah bersyukur adalah bersyukur lagi.  Bersyukur yang kedua ini karena Allah sangat sayang. Lewat sakit, kita sedang dibimbing menemukan yang salah, lalu bertekad memperbaiki, dan lewat sakit ini juga Allah sedang akan memberikan pemahaman baru; mungkin sebentuk kebijaksaan hidup,  yang akan membuat kita semakin berisi dan semakin tangguh lagi dalam menjalani hidup tetap dalam jalur  track yang benar.

Banyak hikmah...

Sakit dan musibah yang menimpa seorang mukmin mengandung hikmah yang merupakan rahmat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnul Qayyim berkata : “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan inipun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini”. (Syifa-ul Alil fi Masail Qadha wal Qadar wa Hikmah wa Ta’lil hal 452).

Hikmah dibalik sakit dan musibah diterangkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dimana beliau bersabda:

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.

(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

Sakit adalah salah satu cara Allah berbicara pada kita. Menyadarkan seorang hamba yang tadinya lalai dan jauh dari mengingat Allah -karena tertipu oleh kesehatan badan dan sibuk mengurus harta- untuk kembali mengingat Rabb-nya. Karena jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah barulah ia merasakan kehinaan, kelemahan, teringat akan dosa-dosa, dan ketidakmampuannya di hadapan Allah Ta’ala, sehingga ia kembali kepada Allah dengan penyesalan, kepasrahan, memohon ampunan dan berdoa kepada-Nya.

Allah SWT berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”. (QS. Al-An’aam : 42).

Ah indahnya nikmat sakit ini bukan? Jadi bagi yang mengalami hal serupa atau bahkan lebih parah, berbahagialah, dan segera temukan hikmahnya. Allah sayang padamu. Hanya kau tidak menyadarinya. :) segera sadar ya. ^_^

Komentar

  1. Tapi tetep ya.. Kita tancapkan dl tongkatny dg gaya hidup sehat.. Mulai dr pola makan, olahraga, dll..

    Krn tubuhpun memberikan banyak sinyal ketika akan sakit.. Sebagai pemilik tubuh, kita pun mesti peka terhadap hak2 mereka..

    Ayo qt sayangi dan syukuri tubuh dan rasa sehat ini..
    :)

    *mulaiMulai
    Peace

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

Hmm..ukhti, istiqomahlah..