Menyusun, Mengumpulkan, Membangun dan Kekuatan Hati

Kau tau rasanya bangkit lagi sesudah terjatuh? Buat kau yang pernah merasakan pasti tahu persis rasanya.

Sesudah kau porak-poranda.
Sesudah kau tak tahu harus kemana bertumpu dengan: tangan lemah, kaki patah, mata tumpah, otak gemuruh,  tubuh lantak, dada sesak, sakit di setiap gerak.

Menyusun kembali serpihan tentang "Kau punya kesempatan."

Mengumpulkan lagi puing-puing bahwa "Setiap kau tak berhenti, kau masih bisa"

Membangun ulang reruntuhan kepercayaan pada diri, pada orang lain, pada keyakinan, dan terutama pada Penggenggam Jiwa…

Tak semudah yang kau pikirkan. Sungguh.

Tapi kobaran api yang hampir padam, tertinggal setitik dalam bara yang perlu dikipasi agar kembali menyala.

Aku masih ingin bangkit, meski tidak mudah.

Aku hanya butuh angin.

Ya,  angin…

Agar bara hitam yang tersisa, dengan setitik nyala merah itu kembali menyala dengan keberadaannya.

Tapi di dalam sini gelap.

Pengap.

Bernafas pun sulit.

Ke mana mencari angin? Yang dulu dengan sangat mudah aku temukan selalu mengetuk-ngetuk jendela kamarku di malam hari,  sekedar ingin menyapa. Walau dia lantas sibuk berbincang dengan malam. Membiarkan aku terdiam menyimak. Tak apa. Aku hanya perlu dia hadir. Menyalakan kembali api yang bersembunyi dalam setitik nyala pada bara.

Atau aku perlu berbincang juga dengan matahari? Agar bisa menyala? Seperti saat langit bercerita tentangnya dengan pipi merona, setiap pagi dan senja.

Entahlah.

Bangkit hanya perlu kekuatan hati,  kukira begitu.
Karena tak peduli kau dengan tangan lemah, kaki patah, mata tumpah, otak gemuruh,  tubuh lantak, dada sesak, sakit di setiap gerak.
Hati yang kuat, selalu punya celah untuk bisa kembali bangkit.

Itukah hatimu?

Semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?