Aku dan Menulis

Sebenarnya hari ini ada yang sangat lucu (menurutku). Bertahun-tahun aku menulis dengan sangat lancarnya dan tanpa memikirkan apapun. Memangnya apa yang harus dipikirkan saat menulis? Ah, aku ini semakin sadar bahwa aku memang seorang pemikir, dan lebih detailnya lagi, aku adalah seorang pemikir yang rumit.

Sekarang ini, di sini, izinkan aku membagikan kisahku dan dunia kepenulisan. Awal mula aku tertarik dengan dunia kepenulisan itu entah sejak kapan pastinya. Yang aku ingat, aku mulai rajin menulis diary dengan tulisan yang awalnya super cupu adalah sejak aku di sekolah menengah. Benar-benar tok hanya untuk menuliskan perasaan, kejadian sehari-hari dan hal-hal yang menurutku menarik untuk dituliskan dalam buku diaryku. Hanya untuk konsumsi pribadi pastinya. Manalah pernah aku akan membiarkan temanku membaca apa pun dari dalam buku diaryku, meski hanya sekedar mengintip saat aku sedang menulis? Aku tidak pernah merasa diriku hebat dalam dunia tulis menulis. Menulis pun tanpa mendapat tuntutan dari pihak manapun. Oke, anggaplah saat itu menulis adalah hobiku. Saat menuliskan diary aku bisa anteng ngendon didepan buku tulisku, lengkap dengan spidol warna-warni untuk menuliskan apapun yang menarik untuk kuabadikan dalam bentuk tulisan.

Ya, awal permulaan aku menulis sesederhana itu. Tanpa pernah ada niatan untuk menjadi penulis terkenal suatu saat nanti. Yang punya banyak karya dan apapun hal lain yang terkait dengan menulis dan menjadi seorang penulis. Aku hanya seorang penulis diary. Menceritakan berbagai kisah heroik dan fantastis juga dramatis menurut versiku sendiri. Memang sempat tertarik sebenarnya menjadi seorang penulis di usia semuda mungkin, saat sedang booming seorang penulis cilik yang saat itu berusia lebih muda dariku, telah memiliki karya. Aku hanya sekedar penasaran, pikirku saat itu, "Ah, bagaimana ya rasanya punya karya yang dibukukan?" Tapi lagi-lagi itu hanya sekedar angan seorang anak muda belasan tahun. Aku hanya bisa menulis diary. Satu-satunya tempat aku dapat menuliskan apapun sesukaku, tanpa ada banyak orang meski hanya satu yang dapat membacanya apalagi sampai mengomentarinya.

Saking rajinnya aku menulis diary, aku mengumpulkan buku-buku diaryku dan aku tuliskan angka pada setiap bukunya, Totalnya lebih dari puluhan buku. Hanya buku tulis biasa. Sungguh, tidak ada yang istimewa. Yang membuatnya istimewa mungkin karena aku menuliskannya dengan sepenuh hati. Bagaiman tidak? Di sanalah sepotong hatiku aku gambarkan dengan sangat gamblang dan tanpa perlu editan sama sekali. Mengalir dengan sangat polos dan jujur.

Kebiasaan menulis diary itu terus berlanjut sampai saat ini, saat aku sudah punya anak. Memang intensitasnya tidak lagi sebanyak saat aku masih remaja dulu. Tapi aku menyadari, menulis diary adalah cara terampuh untuk melatih gaya bahasa, cara menuturkan sebuah cerita, dan latihan paling yahud buat menulis dalam artian sebenarnya. Ah, memangnya menulis diary itu bukan menulis dalam artian sebenarnya ya? Entahlah. Setau aku, aku suka menulis. Menuliskan apapun. Hal yang aku alami, kejadian menyenangkan, cerita tentang jatuh cinta, tentang ujian yang mendapat nilai nol besar, cerita tentang semua mimpi-mimpiku buku yang aku baca, dan apapun yang ingin aku tuliskan. Aku menulis karena aku suka.

Ya, aku menulis karena aku suka, itu awalnya. Semakin ke sini, aku semakin dapat merasakan, tulisanku semakin memiliki 'isi' dan semakin berbobot. Awal mula aku menuliskan blog saat aku di Madrasah Aliyah, di sebuah akun blog free yang ada di internet. Dulu namanya www.multiply.com Aku mulai tertarik dengan dunia kepenulisan yang lebih lanjut, yaitu dengan menuliskannya di blog. Orang banyak bisa membaca tulisanku dan memberikan komentar. Aku bersyukur bisa mengawali kepenulisanku di blogku sendiri yang sudah berfungsi seperti buku diary elektronik, dulu aku menganggap blog adalah diary keduaku setelah buku-buku yang sebelumnya rajin aku tuliskan dan curahkan perasaan. Dan lingkaran di blog multiplyku bersambung dengan teman-teman luar biasa. Kami saling mengunjungi rumah dunia maya kami di multiply. Membaca tulisan satu sama lain dan saling meninggalkan jejak berupa komentar-komentar dari yang sekedar spam atau nyampah yang penting meninggalkan jejak berupa komentar, sampai ada juga yang berupa komentar serius membahas isi tulisan juga terkadang sampai berdiskusi di kolom komentar. Ah, kenangan yang saangat menyenangkan buatku. Sampai akhirnya blog multiply diambil alih menjadi pusat perbelanjaan online. Jadi, kalau sekarang kau buka link multiply.com tidak akan lagi kau temukan blog seperti yang kuceritakan tadi, rumah kami di sana tergusur. Memang secara nyata aku tidak pernah mengalami penggusuran rumah, tapi aku tahu rasanya tergusur dari rumah dunia maya yang sudah sangat nyaman kami tempati bertahun-tahun. Menuangkan segala ide dan gagasan atau sekedar celotehan hati kami. Rasa sakitnya itu, di sini... (sambil menunjuk hati). Hehe.
Aku dan teman-teman dunia multiply-ku diharuskan memindahkan blog kami ke tempat lain. Jika tidak ingin tulisan-tulisan kami menghilang begitu saja. Meng-import semua tulisan kami ke media lain yang menyediakan jasa blog gratis atau sekalian saja membuat web pribadi yang berbayar. Aku memutuskan untuk mentransfer tulisan-tulisan lamaku ke blog baruku di blog yang sekarang ini sedang kau baca. Teman-temanku yang lainnya tidak kuketahui kemana saja mereka memindahkan blog mereka. Setahuku ada yang pindah ke wordpress.com, ada pula yang pindah ke blogspot.com sama sepertiku, tapi tetap saja sampai saat ini aku belum menemukan jejak mereka. Teman-teman dunia maya yang pada akhirnya malah sudah terasa seperti keluarga. Kehilangan semua komentar yang menyemangati untuk tetap menulis. Hhh.. Tapi ini takdir yang harus kami terima kan?

Kawan yang datang silih berganti dalam kehidupan kita. Beberapa menetap di hati dan meninggalkan jejak yang berkesan.

Berlanjut lagi tentang kisahku menulis ya. Jadi memang sejak awal, aku memang menulis hanya tentang diriku. Lalu aku mulai menulisnya di media sosial, dan banyak orang yang menyampaikan kesenangan dan kebahagiaan mereka membaca tulisan-tulisanku. Entahlah apa yang membuat mereka menyuikai tulisanku. Menurutku bahkan tulisanku tidak ada yang istimewa. Aku hanya menuliskannya dari hati. Menyimpan jejak-jejak perjalanan kehidupanku dalam bentuk tulisan agar bisa lebih mengabadi. Setidaknya untuk diriku sendiri. Menuliskan segala hikmah yang ketemui dalam serpihan hari-hari yang kutempuh.

Sekarang ini aku sedang dalam langkahku menuliskannya dalam bentuk buku. Agar lebih banyak orang yang dapat mendapatkan manfaat dari tulisan-tulisan yang awalnya hanya untuk diriku sendiri. Dan inilah hal lucu itu, saat aku mulai berpikir untuk menuliskannya menjadi sebuah buku yang diterbitkan, aku lantas terdiam. Buku apa yang harus aku tulis? Genre apa? Pasar buku seperti apa? Dan hanya karena memikirkan itu aku malah jadi 'gagap' dalam menulis. Ah, teknis-teknis seperti inilah yang terkadang memang menjadi penghambat karya.

Padahal, bukankah seharusnya aku terus menulis saja. Seperti dulu, saat aku tidak pernah khawatir apakah akan ada orang yang peduli dan mau membaca tulisanku? Seperti dulu, saat aku tidak pernah ragu dalam menuangkan kata, meski dengan sangat polos dan jujur tanpa peduli dengan gaya bahasa dan komentar orang lain.

Teruskan saja menuliskan apa yang mau kau tuliskan, sayang. Dan pada akhirnya tulisanmu akan bisa menjadi sebuah buku yang mencerahkan banyak orang atau tidak, itu akan kembali lagi pada seberapa jujur kau mampu berkarya? Karena apa yang kau tuliskan tentang dirimu, terkadang adalah sesuatu yang akan menjadi solusi bagi seseorang yang membacanya. Kau tidak perlu menjadi orang lain. Memaksakan diri menjadi seorang penulis seperti si penulis A atau si penulis terkenal B. Tidak perlu, sayangku, kau hanya perlu menjadi dirimu dan teruslah menulis dengan jujur dan baik. Bukan malah justru berhenti karena takut tidak dapat menuliskan yang terbaik untuk dibaca orang lain.

Dari kepolosan tulisanmu, ternya kau memiliki pembaca setia yang akan tetap membaca apapun yang kau tuliskan, selagi tulisanmu masih bermanfaat bagi mereka.

Sepagian tadi aku sesak dengan pikiran rumitku tentang aku dan menulis. Tapi sesudah menuliskan ini, aku merasa lega. Aku menemukan kembali kenapa aku menulis dan untuk apa aku menulis. dan sekarang, mulailah lagi sayang. :) Menulislah karena kau suka, dan karena kau cinta.

Komentar

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?