Jika Istrimu Seorang Penghafal Qur'an

Jika Istrimu Seorang Penghafal Qur'an

Mungkin dia tidak bertitel sarjana. Tidak merasakan jenjang perkuliahan ilmu pengetahuan dunia..
Tapi al-qur'an yang dia putuskan untuk mencintainya dengan seluruh jiwa raganya itu 'memaksanya' harus menjaga tiap detil hurufnya. Hukum-hukum bacaannya.. Semuanya… tanpa melupakannya sedikitpun..

Dan kau yang memilihnya menjadi istrimu harus tahu ini,  cinta dalam hatinya telah lebih dulu diambil oleh Pemilik ayat demi ayat itu.. Jangan sampai kau memaksanya mencintaimu melebihi kecintaannya kepada Pemilik kalam-kalam suci itu.

Kau tidak harus cemburu. Karena kecintaannya pada Pemilik kalam-kalam suci itu,  membuatnya harus mencintaimu dan mentaatimu tanpa bantahan. Kecuali pada hal-hal yang tidak disukai oleh Pemilik kalam-kalam suci yang dijaganya.
Mengabdi sepenuh cinta, yang energinya didapat dari Sumber Segala Cinta.

Kau tidak harus merasa diduakan. Karena kecintaannya pada Pemilik kalam-kalam suci itu,  mewajibkannya menomorsatukan kepentinganmu diatas kepentingannya.
Menyalurkan cinta dalam kadar yang semestinya,  dalam bimbingan Sang Maha Cinta.

Akan ada suatu masa, saat dimana dia lelah menjaga amanah yang dititipkan padanya. Maka tugasmu sebagai pendampingnya adalah mengingatkannya untuk bersabar tetap menjaga amanah hafalannya meski lelah. Sebuah pelukan cinta karenaNya mungkin akan menjadi charger semangat yang dia butuhkan…

Menjadi penghafal dan penjaga qur'an seperti dirinya bukan berarti dia akan terlepas dari salah dan lupa. Adanya dirimu sebagai imamnya, tugasmulah mengingatkan dan meluruskannya dengan cara terbaik. Tegas tanpa menyakiti, lembut tanpa membuatnya lemah…

Saat dia bersedih atau tidak berkenan atas suatu keadaan, mungkin dia akan diam meski tetap berusaha tersenyum untuk menjaga hatimu. Atau mungkin berusaha menahan tangisnya. Saat itu, cukup tenangkan dia dengan genggaman tanganmu, meyakinkannya,  bahwa kau ada untuk berjuang bersamanya.

Tenanglah. Bukan hal dunia yang dia khawatirkan, dia hanya ingin memastikan, apakah yang dia lakukan telah membuatmu ridha atasnya yang menjadi penyebab utama ridha Allah pula atas dirinya.

Mungkin tidak akan banyak permintaannya kepadamu. Melihatmu ridha, mencintaimu dalam tiap kondisi,  membersamaimu dalam tiap situasi, menguatkan dikala lemah,  berbahagia juga dalam tawamu,  adalah inginnya. Memberikan terbaiknya, sampai waktu yang telah ditetapkan.

Dia berharap senyum bahagia adalah penutup terbaik di sisa waktunya. Jika waktunya lebih dahulu,  dia akan bahagia jika kau membisikinya sebuah kata: "Aku ridha atasmu dan semua perlakuanmu selama ini, semoga ridhaku menjadi pembuka pintu keridhaan Allah pula atasmu. "


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?