Katamu

Sabtu, 1 November 2014

Triliunan detik membawaku berdiri dalam nafas yang masih Allah titipkan padaku pada detik kutuliskan goresan kata ini… goresan yag mewakili segala renungan diri…

Aku berdiam di sini, kawan. Tapi kata-kata yang meluncur tulus dari lisanmu yang kuyakini bekerja sama dengan bisik hatimu, telah membawaku mengawang jauh meninggalkan tempatku berdiri saat ini.
Kau membawaku ke pinggiran pantai saat senja hari, merasakan semilir angin laut yang menerpa wajahku. Merasakan bulir-bulir pasir di telapak kakiku. Sambil menyimak tiap katamu.

Kau membawaku menelusup jauh ke dalam lembaran hidupku sendiri, jauh lebih dalam dari yang terlihat selama ini.
Aku menemukan kerlipan cahaya indah di dalam setiap kata yang terlontar darimu.
Bahwa aku, kita, adalah anugerah luar biasa yang telah Allah berikan titipan selembar nyawa. Hanya sesadarnya, kita sediri yang menutupi keindahannya lewat segala kelalaian kita.

Aduhai…
Kelalaian… Kelalaian… Kelalaian…

Saat kau bahas tentang kelalaian. Di saat bersamaan, terpaan angin laut mendarat keras telak di pipiku. Perih.

Kau menyindirku…

Mungkin saat waktu berganti menjadi abadi kelak. Kelalaian inilah hal yang menjadi sumber tangis paling pilu tanpa penawar sama sekali. Bahkan mungkin hanya kata "seandainya.." yang akan mampu menggambarkan penyesalan mendalam akan detik yang terlalui tanpa bisa diulang…

Terima kasih atas kata-katamu. Tulus itu menyentuh ruang paling sensitif yang paling enggan aku sendiripun menyentuhnya, apalah lagi membiarkan orang lain memasukinya…

Terima kasih.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?