Karena Aku Mencintaimu

Saat itu mungkin aku belum sadar, suatu saat semua keadaan itu akan berbalik kepadaku, aku akan merasakan hal yang sama..

Kita tidak akan pernah benar-benar merasakan kebenaran sesuatu sebelum kita merasakannya langsung. Saat waktu perlahan membuat kesadaran itu menyusup ke dalam hatiku. Dulu mungkin aku tak akan pernah tahu, bahwa perasaan seperti inilah yang dirasakan oleh guruku.

Aku tersadar akan sesuatu sekarang, tentang kesabaran seorang guru dalam membimbing anak-anaknya. Salah satu cara menyentuh hati seseorang adalah dengan juga melibatkan hati kita saat berinteraksi dengannya. Itulah sepertinya salah satu cara yang dilakukan oleh seorang guru pembimbingku saat SMA dulu. Dari semua guru yang aku rasakan sentuhannya benar-benar sampai ke hati dan menimbulkan tekad yang mendalam adalah beliau, sebut saja namanya Miss. Lindha.

Awal pertama aku mengenalnya, Miss. Lindha termasuk salah seorang guru yang masuk daftar ‘guru menyeramkan’. Beliau dalah Pembina bahasa di sekolahku. Setiap beliau melintas, kami, aku dan teman-temanku mendadak seperti orang bisu. Diam. Karena di lingkungan sekolah kami wajib memakai bahasa arab dan bahasa inggris. Dan beliau tidak akan segan-segan menghukum kami di tempat jika mendapati kami melanggar peraturan bahasa. Malang bagiku dan beberapa orang temanku saat itu, saat ada pembagian kelompok mentoring, ternyata kelompokku dibimbing oleh beliau. Kami menjerit di tempat pengumuman.

Tapi kekhawatiran kami tak terbukti. Ternyata beliau adalah seorang yang sangat sabar. Jika kami melakukan satu kesalahan, beliau akan menegur kami dengan cara yang sungguh cantik, membuat kami tidak merasa digurui, diceramahi ataupun merasa diintimidasi. Beliau sungguh seorang teladan yang baik. Dan tanpa sadar hati kami sudah terpaut dengan sosok beliau yang bersahaja.

Suatu saat aku melakukan suatu kesalahan yang termasuk fatal akibatnya,beliau sebagai pembimbing mentoringku ada dalam posisi sulit. Aku merasa sudah mencoreng nama baik beliau di hadapan para guru yang lain, seolah menampakkan beliau tidak becus dalam membimbingku. Rasanya masih bisa aku ingat dengan jelas, bagaimana muka sedih yang ditampakkan guruku saat itu. Rasa kecewa, marah, harapan, dan semuanya seperti bersatu dalam raut wajah itu. Aku saat itu begitu tak peduli dengannya. Walau sebenarnya hati kecilku berteriak kencang, yang aku lakukan itu salah.Tapi beliau hanya tersenyum dan tidak sedikitpun menyinggung masalah tersebut padaku. Aku luluh, akhirnya aku mengakui kesalahanku dan aku berjanji dalam hatiku, “Bunda, suatu saat, kau akan melihatku didepan sana, menjadi pionir dalam kebaikan.akan aku buktikan itu.”

Beliau tidak pernah menyuruhku atau memintaku untuk berjanji akan hal tersebut, bahkan memintaku untuk menjadikannya tekad yang membaja didalam hatiku pun tidak. Tapi aku berjanji karena hatinya telah berhasil menyentuh hatiku. Janjiku saat itu ternyata sangat berguna di hari-hariku setelah itu.

Sekarang aku ada di posisi seperti beliau. Aku berusaha meneladani apa yang telah beliau contohkan kepadaku dulu. Berusaha menyentuh hati dengan memberikan hati, bersabar dalam membimbing. Kini aku tahu, sepertinya apa yang aku tahu dari apa yang tampak dari beliau dulu belum sepenuhnya. Itu baru yang terlihat di hadapanku. Aku mungkin tidak akan pernah tahu bahwa peran doa di sini juga sangat besar. Aku bisa bertekad seperti dulu itu pun mungkin karena doa beliau untukku. Sampai akhirnya kesadaran itu hadir saat aku ada di posisinya, aku mencintai anak-anak bimbinganku, dan aku menginginkan yang terbaik untuk mereka. Selama masih ada yang bisa aku lakukan, aku akan melakukannya. Jika hal itu sudah diluar batas kemampuanku, aku akan mengadukannya kepada Allah dan mendoakan kebaikan untuk mereka.

Disitulah aku mengerti, membimbing adalah sebuah amanah yang sangat besar tanggung jawabnya. Hasil yang akan kita tuai di akhir nanti, baik atau buruknya bergantung pada apa yang kita lakukan saat menanam dan menjaganya.

Bunda Lindha, di manapaun kau berada saat ini, aku ingin kau medengar ucapan terimakasihku atas semua bimbinganmu yang aku rasakan manfaatnya sekarang. Maaf, jika dulu aku sempat membencimu karena sikap tegasmu, kini aku tahu, kau melakukan itu karena kau mencintaiku dan menginginkan kebaikan bagiku. Semoga Allah membalasmu dengan sesuatu yang lebih baik atas pelajaran kehidupan yang kau ajarkan kepadaku. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?