Kuda Putih dan Kereta yang Melaju Cepat

Aku sedang berkereta, melaju dengan begitu cepatnya. Ada seseorang dengan begitu keras kepalanya mengejar kereta yang sedang melaju cepat itu dengan menaiki seekor kuda putih.

Seseorang yang aku lihat sampai berdarah-darah memperjuangkan. Menjemput. Mengulurkan tangan. Mengajak berpindah dari kereta yang melaju menaiki kuda putih yang ditungganginya.

Silahkan katakan ini hal gila. Memang begitu pula yang aku pikirkan.

Buat apa mengejar kereta yang sudah berlalu begitu cepat? Sia-sia bukan?

Mungkin ada niatan tersendiri dari seseorang berkuda putih. Yang berjuang begitu kerasnya. Yang sanggup membuatnya bertahan menahan segala luka yang diderita. Meski aku tidak pernah tahu jelas apa niatannya.

Akan banyak yang berkata, buat apa dikejar? Semua sudah terlambat bukan? Sudahlah… hentikan saja.
Tapi dia yang penuh luka masih saja berkeras kepala.

Aku yang melaju dalam kereta yang begitu cepat berlari, hanya beruraian air mata memandangi dia yang mengulurkan tangan dari atas kuda putih berpayah menyejajari laju kereta.

Berulang kali aku berkata: "Sudahlah, berhenti saja. Mungkin memang bukan aku." tangis menderas.

Masih dengan kekeraskepalaannya, dia berulang mengulurkan tangan, seolah ingin menyelamatkan.

"Kereta ini terus melaju, dan ini sudah kereta yang tepat. Tujuannya tepat. Tidak usah diselamatkan. Ini yang benar. "

Selanjutnya mungkin aku akan berharap hanya pada keajaiban. Entah berupa kereta yang terhenti, atau dia yang ikut menaiki kereta yang sama. Atau mungkin juga aku yang ikut menaiki kuda putihnya.

Kalau hidup tentang pilihan,  jujur aku katakan.. Aku benci diberi pilihan. Karena aku bukan pemilih yang baik.

Akhirnya,  kereta hanya terus melaju, dengan seseorang yang menunggangi kuda putih,  berpayah menyejajarinya. Entah apa maksudnya, aku hanya terdiam dan menyadari,  aku bermimpi sambil menangis.

-Kuda Putih dan Kereta yang Melaju Cepat-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

Hmm..ukhti, istiqomahlah..