Someone Precious

Dalam kamus hidupmu, pernah kau temukan terselip satu rasa bernama cinta…?
Dalam perjalanan hatimu, kau pernah berharap ada seseorang yang istimewa yang akan kau baktikan dirimu padanya, tanpa tendensi apapun?

Sebelumnya… Aku pernah merasakan hal itu. Lalu berlari kuat-kuat darinya. Takut. Dan uniknya rasa yang bernama cinta ini,  semakin ditolak kuat, semakin menjadi-jadi. Berlari dari hal yang bernama cinta. Ketakutan dengan pikiran bahwa sakit yang ditimbulkannya akan lebih besar dari pada sekelumit rasa yang unik ini. Jadi,  memang buat apa merasakan cinta pada sesuatu yang tidak pasti. Pikirku saat itu.

Menyulam rasa cinta yang paling menenangkan adalah saat mitsaqan ghalizha yang terucap dari bibir seseorang yang mungkin kau tak kenali awalnya, yang mau tak mau harus kau terima, yang ternyata lebih menenangkan kedepannya, dalam kepasrahan pada Sang Maha Cinta.. Karena saat janji suci yang menggetarkan 'arsy itu terucap,suka tak suka,  kau harus jadikannya adalah seseorang yang istimewa bagimu.

Ketenangan yang Allah janjikan disebalik ikatan janji itu ternyata benar adanya. Cinta yang tulus, murni, hadir perlahan dengan sendirinya, karena penerimaan karena Allah-lah landasannya.

Saat tetiba Allah mengambilnya, Allah iringi juga kemampuan untuk melepaskannya lewat aluran kisah yang tidak terduga-duga. Sampai saat hari nafasnya selesai, sisa rasa hati memang tidak bisa dipungkiri, terasa menikam telak di jantung, meluruhkan air mata dengan sangat deras.
Jika ada yang bertanya, kini, apa masih terasa sakit sekaligus cinta nya? Aku jawab tidak. Sekarang yang ada hanya penerimaan, tapa penolakan. Mungkin ini yang dinamakan ridha pada ketetapanNya..

Sesuatu yang dijalani karena Allah,  tidak akan ada rasa kecewa, itu satu hal yang pasti kualami kini. Meski memang saat menjalaninya kadang terasa begitu berat. Tapi tekad hati sejak sebelum janji itu terucap: tentang akan kubaktikan diri pada ia yang memang berhak, sepenuh hati,  sudah terlanjur mengakar. Jdi dalam sulit dan berat,  ridhaNya, membuat berkah pun berguliran dalam tiap episode kisahku.

Dia meninggal tepat di 1 tahun 10 bulan sejak akad terucap. Meninggalkan seorang qurrata a'yun yang dengan memandangnya saja membuat syukur menggetarkan seluruh dada.

Tidak,  tidak ada penyesalan. Sama sekali…

Dan kini,  merindukan kembali sosok yang istimewa, someone precious, yang akan menjadi imam bagi keluarga kecilku ke depannya. Itu bukan harapan yang aneh kan? Biarlah menjadi doa-doa hati yang akan Allah kabulkan dengan skenario selanjutnya.

Aku menyiapkan satu surat. Yang aku buat dulu,  saat terasa sedang begitu beratnya kutanggung beban.. Untuk dia yang Allah pilihkan lagi. Untuk dia yang akan menjadi seseorang yang istimewa bagiku.. Untuk dia yang ridha pula dengan diriku. Menerima apa adanya,  maka baktiku akan tulus dengan getar doa yang mengalun terus-menerus meski dalam hening.

Someone precious

:)

Komentar

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

Hmm..ukhti, istiqomahlah..