Terhubung ke Langit

  

berdirimu di waktu malam, sujudmu yang dalam
mengokohkan hatimu melebihi gunung membiru
lalu kau terima beban untuk mencintai semesta;
membagi senyum ketika kau terluka
memberi minum ketika kau dahaga
menghibur jiwa-jiwa ketika kau berduka
*berada dalam posisi ini..sulit..tapi penuh makna...

Seharusnya..dia boleh beristirahat di malam hari. Siang demi siang terasa panjang, melelahkan, dan menyesakkan dada. Ke sana kemari dia susuri Makkah dari ujung lain ke ujung satu, berbisik dan berseru. Dia ajak orang satu demi satu, kabilah suku demi suku, untuk mengimani risalah yang diamanahkan kepadanya.

Dia terkadang terlihat di puncak bukit Shafa, membacakan ayat-ayat yang dibalas caci maki dan hinaan menjijikan dari pamannya sendiri. 
Dia kadang harus pergi, dengan meningalkan suatu kaum dengan dilempari batu dan kotoran sambil diteriaki gila, dukun, penyihir, dan penyair ingusan. 
Dia kadang sujud di depan Ka'bah, lalu seseorang akan menuangkan setimba isi perut unta ke kepalanya, atau menjeratkan selendang ke leher saat ruku'nya. 
Dia terkadang harus menangis dan menggumamkan ketakberdayaan melihat sahabat-sahabatnya yang lemah dan terbudak disiksa di depan mata. Kejam dan keji.

Dia sangat lelah. Jiwa maupun raga. Dia sangat payah. Lahir maupun batin. Tenaganya terkuras. Luar maupun dalam. Tetapi sat Khadijah membentangkan selimut untuknya dan dia mulai terlelap dalam hangat, sebuah panggilan langit justru memaksanya terjaga.

"Hai orang yang berselimut. Bangunlah di malam hari kecuali sedikit. Separuhnya, atau kurangilah yang separuh itu sedikit. Atau tambahlah di atasnya, dan bacalah Al Qur'an dengan tartil" (Q.s. Al-Muzammil [73]: 1-4)

Untuk apa?
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat" (Q.s. Al-Muzammil [73]: 5)

Seberat apa?
"Kalau sekiranya Kami menurunka nAl Qur'an ini kepada sebuah gunun, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah berantakan disebabkan takut kepada Allah" (Q.s. Al-Hasyr [59]: 21)

Itu kalimat yang berat. Itu beban yang berat. Beban yang gunung-gunung tak sanggup menanggung. Beban yang dihindari oleh langit dan bumi. Dan Muhammad harus menerimanya. Dia harus menanggungnya. Maka hatinya harus lebih kokoh dari gunung. Maka jiwanya harus lebih perkasa dari bumi. Maka dadanya harus lebih lapang dari lautan. Karena itu dia harus bangun di waktu malam untuk menghubungkan diri dengan sumber kekuatan yang Maha Perkasa.

Maka Sang Nabi pun bangkit. Dia shalat.

"Shalat," kata Sayyid Quthb dalam Zhilal, "Adalah hubungan hubungan langsung antara manusia yang fana dengan kekuatan abadi. Ia adalah waktu yang telah dipilih untuk pertemuan setetes air yang terputus dengan sumber yang tak pernah kering. Ia adalah kunci perbendaharaan yang mencukupi, memuaskan, dan melimpah. Ia adalah pembebasan dari batas-batas realita bumi yang kecil menuju realita alam raya. Ia adalah angin, embun, dan awan di siang hari bolong nan terik. Ia adalah sentuhan yang lembut pada hati yang letih dan payah."

Maka Sang Nabi pun bangkit. Dia shalat.

Shalat itu kewajiban baginya. 
Shalat itu menjaganya dari kemungkaran dan kekejian. 
Dia ruku'. 
Maha Agunglah Allah dan dia memuji Ilahi. 
Lalu Allah mendengar orang-orang yang memujinya, dan menjawab derap-derap permohonan yang menggelora. 
Dia sujud. 
Maha Tinggilah Allah. 
dan dia merasakan betapa dekatnya, betapa mesranya, betapa asyiknya bicara kepada Rabbnya dalam hening, mengadu, berkeluh, berkesah, tentang segalanya. 
Tentang beratnya tugas, tentang lemahnya daya dan kekuatannya.

Lalu dia memohon kekuatan agar mampu mengemban amanah itu.
"Ya Rabbi," lirihnya, "KepadaMu kuadukan lemahnya dayaku, kurangnya siasatku, dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai Yang Paling Penyayang di antara para penyayang, Engkaulah Rabb orang-orang lemah. Engkaulah Rabbku...Aku berlindung dengan cahaya wajahMu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Kau tak menurunkan murkaMu kepadaku... Tiada daya dan kekuatan kecuali dariMu."

Dalam Dekapan Ukhuwah _ Salim A. Fillah
(halaman 68-71) 

Saat seperti aku membaca buku ini. Bagian ini. 
Terdiam dan hati berkata...
Dia sudah lalui semua hal yang kau lalui, dan dia berhasil dengan apa yang diamanahkan kepadanya. Walau semua balasan menyakitkan pernah ia terima, ia tak pernah berhenti. Ia tetap kuat dan berdiri..Karena ia punya satu sandaran hati, sandaran yang abadi.
Malu... Itu satu yang kurasa...
Lelah sedikit, aku mengeluh. Seolah kelelahanku lebih dari yang ia rasa, padahal setitik pun tidak.
Sakit sedikit, aku berhenti. Seolah rasa sakitku lebih parah dari yang ia dapatkan, padahal sekalipun tidak.
Iri.. Itu juga aku rasa...
Hubungan yang sudah terhubung erat. Hubungan langit, aku menyebutnya. 
Ia bisa sekuat itu. Sedang aku, untuk mengingatNya dalam setiap langkahku pun...aku masih lalai. 
Iri dengan semua kebaikannya...
Iri dengan semua ketulusannya...
Aku ingin meneladaninya. Ibadahnya, semangatnya, bijaksananya, semuanya...
Entahlah..mengapa baru sekarang aku terserentak dengan ini..
Entahlah..mengapa baru sekarang kurasa rindu itu..
Aku benar-benar telah lalai..
Karenanya..
Mari kembali terjaga...
Ini saatnya..menjadi bagian dari dirinya. Turut ambil bagian dalam menyebarkan risalah yang diamanahkan padanya..
di jalan da'wah ini...
selalu bersama..dalam dekapan ukhuwah..


Komentar

  1. Syukran sudah sharing, Zahra.
    Menyentak buat saya juga ini..

    *meninggalkan laman ini dengan tertunduk

    BalasHapus
  2. mari kembali terjaga, sholihah. .

    (semoga bagian buku DDU 'menyehatkan' ya?)

    kamu beli buku itu dgn indent pas IBF?

    BalasHapus
  3. sama-sama Mba Nuril...

    *aku juga tertunduk saat membacanya,,
    semoga bisa selalu saling mengingatkan ya Mba...
    ^_^

    BalasHapus
  4. aamiin..semoga selalu terjaga ya...

    *aku baru mau beli, nitip sama temen. Sekarang lagi baca punya orang lain..
    hihi..

    iya iya iya..sangat menyehatkan..
    tiap katanya..tiap halamannya..
    ^_^

    BalasHapus
  5. soalnya emang bagus si Pak..
    tiap kata rasanya sangat bermakna dan menyentuh..

    *^_^V bener deh!

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?