Sebuah Doa Sungguh-Sungguh yang diJawab Kilat

Kemarin aku berdoa. Ditengah-tengah waktu aku memuroja'ah hafalan qur'an yang rutin aku jadwalkan hariannya. Yang meski sedang sebegitu lelah pun harus tetap dilaksanakan. 

Aku berdoa:

"Ya Allah, berikan aku rahmatMu dari Al-Qur'an yang sedang aku baca ini. Yang aku baca dalam kondisi lapang dan sempitku. Yang aku baca saat senang dan sedihku. Yang aku begitu harapkan syafaat dari kalamMu ini di dunia dan akhiratku. Tolong aku ya Allah. Hadirkan ketenangan. Pahamkan ayatMu. Bicaralah padaku dan buat aku paham atasnya."

"Aku yang seperti ini sudah mati-matian jatuh bangun membersamai qur'an. Meski kuakui levih sering jatuhnya daripada bangunnya. Tapi jauh di dalam hatiku betapa ingin aku merasakan peningkatan kualitas diri dari berbagai hal dalam diriku dan hidupku, juga bagi semua orang yang berinteraksi denganku. Maka aku terus menerus memaksa diriku berdekatan dengan sumber segala ilmu ini. KalamMu Mukjizat akhir zaman ini. Tolong aku, syafa'ati aku dengan Al-Qur'an ini."

Doaku dalam, dengan dada yang menahan segukan haru dan air mata yang menggantung disudut mataku.

Setelahnya aku lanjutkan lagi muroja'ah hafalanku malam itu. Tepat di ayat ke 37 surat An-Nisa. 

{ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ وَيَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبُخۡلِ وَيَكۡتُمُونَ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦۗ وَأَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ عَذَابٗا مُّهِينٗا }
[Surat An-Nisa': 37]

(yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.

Melihat dari ayat sebelumnya, ayat ini adalah ayat yang di sana Allah sedang menyampaikan tentang orang yang Allah tidak menyukainya adalah orang sombong dan membanggakan diri.

Siapa orang itu?

Ya di ayat ke 37 ini. Orang yang berbuat likir dan mengajar orang lain untuk kikir juga. Dan menyembunyikan karunia yang diberikan Allah kepadanya.

Aku buka beberapa tafsir dari ayat ini. Kikir ini bisa soal harta ataupun ilmu. Seperti di dalam tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

_Mereka juga enggan dalam menyampaikan ilmu yang dapat menjadi hidayah bagi orang-orang yang tersesat dan pencerahan bagi orang-orang jahil. Mereka sebenarnya hanya berusaha merugikan diri sendiri dan orang lain,

Referensi : https://tafsirweb.com/1569-surat-an-nisa-ayat-37.html

Atau dalam tafsir Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Macam-macam sifat bakhil begitu banyak, maka berhat-hati lah!

{ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ } "(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir" maksud kikir dalam ayat ini dapat diartikan kikir dengan harta, dan kikir dengan ilmu dan seterusnya, karena ayat ini mencakup segala macam sifat kikir baik itu yang berkaitan dengan dunia ataupun agama, sebagaimana di ayat lain yang berbicara tentang nafkah, Allah berfirman : { ومما رزقنهم ينفقون } nafkah dalam ayat ini dapat diartikan nafkah dari harta dan nafkah dari ilmu, dan adapun nafkah dengan ilmu adalah sedekah para Nabi dan warisan mereka adalah para ulama.

Referensi : https://tafsirweb.com/1569-surat-an-nisa-ayat-37.html

Ok dari 2 tafsiran ini aku sudah cukup tertampar-tampar. Aku sepertinya masih termasuk dari ai bakhil yang ada di dalam ayat ini. Keenggana aku berbagi ilmu. Menutup-nutupi kalau akau sebenarnya tahu. Menolak orang yang mau curhat dengan aku. Karena aku rasa aku ga sanggup untuk menjadi pusing dengan urusan orang lain. Sedang urusan aku sendiri aja rasanya sudab cukup memusingkan aku. Akhirnya ya aku berpuas diri dengan diam. Melihat dan hanya mendengar. Merasa cukup dengan banyaknya orang yang sudah menyampaikan dan tidak merasa perlu juga untuk menjadi salah satu penyampai ilmu dan kebenaran yang sudah Allah titipkan di aku. 

Ayat Al-Qur'an yang sudah aku hafal.

Ilmu syar'i yang aku pelajari.

Tapi aku bersikap tidak berayukur atas keduanya ini. Memilih berdiam dan merasa insecure dengan mengatakan "Aku mah apalah...ilmu masih cetek. Yanv syaikhoh dan ustadzah beneran yang ilmunya mumpuni aja diem-diem aja kok. Apa hak aku yang masih secetek ini ilmunya sok-sokan mau berbagi ilmu kan?" 

Sepertinya ayat ini akan selalu terngiang ke depannya setiap kali aku dapat tawaran mengisi acara apalagi terkait qur'an dan agama. Atau ayat ini akan terngiang saat ada orang yang curhat sama aku. Dan aku lebih memilih untuk mengabaikannya. Sebab merasa ga cukup pantas untuk menjawab pertanyaannya. Atau ga cukup ilmu untuk bisa membantunya mendapatkan solusi dari masalahnya."

Ah aku ini... kenapa masih aja bertahun berlalu cara mimir aku masih aja kayak gitu. Padahal kalau orang memutuskan untuk mencolek aku dan memutusman untuk cerita sama aku ya berarti dia percaya sama aku. Dan dia berharap ada yang bisa diambil dari aku. 

Entah mungkin sebuah cara agar bisa tetang ditengah kondisi mencekam mungkin? Atau bahkan sekedar mdijawab tanpa dikasih solusipun dia sudah bahagia. Atau diberikan doa saja itu sudah cukup menenangkan hatinya. Kita kan ga pernah tau ya..

Bismillah ayo kita balas-balasin DM orang curhat. Karena Allah. Semoga jadi jalan mengantarkan banyak orang ke pintu kebaikan dunia dan akhirat. 

Aamiin aamiin aamiin.

Jadi..apa maksud Allah menjawab doa aku dengan ayat ini? Apa Allah ingin aku lebih bangun lagi sisi sosial aku? Agar ga lagi aku lakukan mendorong semua orang menjauh dari aku karena aku merasa ga cukup pantas.. hayo lah tobat Nusaibah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

hanya santri biasa..