Memang Tidak Ada Cara Lain Selain Menjadi Sebenar-Benar Hamba

Memperbaiki diri memang tugas sepanjang hirupan nafas. Tidak ada yang mencapai kesempurnaan tanpa melalui proses jatuh bangun, Menelisik diri, mengakui, lalu memperbaiki jika ada yang belum sesuai dengan semestinya.

Itu yang sampai saat ini aku lakukan. Jatuhnya sering, bangkitnya perlahan. Mengiba ke Allah meminta diperbaiki, dan aku menemukan, tidak ada cara memperbaiki diri yang lebih baik selain memulainya dari sebuah kesadaran, bahka diri kita ini hamba yang diciptakan dengan tugas utamanya ya menghamba.

Kalau di dalam hidup yang dijalani masih jauh dari implementasi kehambaan dari seorang hamba yang semestinya, wajar kalau kita kosong, hampa, merasa hilang, gelisah, dan semua kata lain yang mewakilinya. Merasa hidup ini untuk dirinya saja, kehilangan tujuan utama bahwa hidup itu tidak seperti itu.

Di setiap tahap perbaikan diri, berjalan meski tertatih menuju pada taat pada Allah, memperbaiki hubungan denganNya, aku menemukan lagi, benar sekali ya, selangkah aku menujuNya, beribu langkah dan bertubi nikmat dariNya itu datang menyerbu. Sampai aku kadang ada merasa takut, "Semoga ini bukan istidraj, semoga ini tidak membuat aku makin tenggelam dan hilang di kefanaan, dan semoga-semoga lainnya."

Ternyata nikmat, bisa membawa pada kesyukuran yang beraura khauf dan raja'. nikmat bisa membuat kita makin bergantung pol ke Allah. Nikmat menguji kita, respon apa yang mau diberikan atasnya. Syukur yang seperti apa yang akan kita berikan. Apakah semakin menghamba apa makin tidak tahu diri?

Yaa Rabb.

2017 lalu, novel perdana Perjalanan Pembuktian Cinta terbit, dan 2022 ini mulai difilmkan meski memang baru film pendek. Tapi respon kawan-kawan di luar dugaan, apresiasi yang masyaaAllah luar biasa. Dan aku lagi-lagi merasa takut, meski pasti ada juga beberapa persen rasa senangnya. 

"Ini apa ya Allah?" hati masih bolak-balik menggumamkan ini.

Semudah itulah memang Allah membolak-balikkan kondisi. 2012 saat mengalaminya, rasa 'dipanggang' di atas api. berulang bertanya di dalam hati, "Ini apa ya Allah?" atas kejadian yang sangat sulit untuk diterima akal dan mental. Dan 10 tahun pun berlalu, dengan pertanyaan yang sama, tapi dalam kondisi yang jauh drastis perbedaannya. Memang Allah sungguh berbuat sekehendakNya ya.

Semoga di tahapan apapun kehidupan kita, senang ataupun sedih, lapang ataupun sempit, kita selalu bisa menjadi hamba yang tahu diri. 

"Jika ini dariMu ya Allah, senangnya aku terima, sedihnya aku terima. Mampukan aku untuk menjalaninya sebaik mungkin. Sampai akhirnya bertemu denganMu dan bisa dengan menunduk mengatakan, 'aku ridha Engkau Tuhanku, aku ridha dengan qadha dan qadarMu semuanya,' itulah yang membuatku menjalani hidup singkatku di dunia dulu dalam tunduk taat padaMu semoga Engkaupun ridha padaku ya Allah."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?