Karena Bahagia Adalah Juga Ujian, Waspadalah...




Sudah lama... Kehilangan kata.
Mungkin benar ya. keberadaan seorang melankolis memang lebih bisa untuk terfokus pada 'rasa negatif'. Padahal tidak selalunya harus seperti itu.

Aku dan perjalananku membawaku kini berada di ranah yang bisa kau sebut bahagia. Ya... Bahagia. Sungguh. Menoleh ke kanan bahagia, menoleh ke kiri bahagia, yang ada di dalam bahagia dan yang ada di luar bahagia. Lantas bahagia datang mengambil semua kata.  Aku dan kebiasaan menulisku merosot tajam. Bisa kau bilang ini karena masih terkaget-kaget dengan kebahagiaan yang datang dan merubah keseluruhan jalan cerita.

Jalan berduri dan penuh sesak air mata pernah aku lewati. Kata orang mampu bertahan dalam keadaan sulit bukanlah hal yang luar biasa. Karena dalam keadaan tertekan, kemampuan bertahan hidup seorang manusia akan keluar sebagi sebuah naluri alamiah yang memang sangat manusiawi. Itulah perangkat yang diberikan Allah untuk manusia. Walaupun mungkin banyak yang tidak menggunakannya atau tidak tahu cara menggunakannya: yaitu sebuah kekuatan hati. Beberapa ada yang cepat menguasai perangkat  ini, ada juga yang agak sedikit lambat, tapi ada pula yang sama sekali tidak bisa menggunakannya.

Berada dalam masa-masa bahagia dalam hidup... Yang aku rasakan, harus benar-benar semakin menyadari, bahwa jangan-jangan ujian terberat dalam hidup kita sebenarnya bukan saat kita sedang dilanda kesedihan berkepanjangan, tapi justru saat kita sedang berada dalam masa-masa bahagia, lapang, tenang, santai. Mengapa? Karena pada saat-saat itu, kelalaian  akan datang dengan lebih mudah. Kelalaian yang biasanya akan segera pergi terusir derasnya air mata, akan begitu mudahnya mengakar tanpa kita sadari lewat segala tawa dan kemudahan.

Hanya, maukah kita menyadari hal ini dan kembali terjaga?

Waspada dalam bahagia... Bukan berarti menghilangkan segenapan rasa syukur yang mestinya semakin mengakar kuat dalam dada. Ya... Kebersyukuran. Dan juga sekaligus rasa malu yang diam-diam datang bertandang di sudut-sudut hati. Memangnya apa yang sudah aku lakukan sampai-sampai Allah berikan aku kebahagiaan yang seperti ini? Nikmat yang bertubi-tubi. Padahal aku rasa ketaatanku padaNya biasa saja. Bahkan seringnya timbul tenggelam. Dan mungkin lebih banyak dosa demi dosa yang aku lakukan... Apakah ini pertanda Ia sedang mengujiku.. Lagi..?

Ah diri, ujian itu tak selalu berupa kesedihan, dalam kebahagiaan pun itu ujian. Dan keseluruhan hidup kita dan pernak-perniknya adalah ujian. Kapan kau mau sadar hal ini.?

Lantas diri, jika ini ujian, apa yang harus aku lakukan?

Lewatilah dengan hati-hati, dengan terus berpegangan erat pada tali Allah. Agar kau tak terperosok, agar kau tak tersesat, dan terpenting adalah agar kau tak lupa dan selalu ingat... Apapun yang menimpamu, terimalah, jalanilah, syukurilah, itu yang terbaik bagimu dan kisahmu. Teruslah waspada. Perbanyak syukur. Jadilah hamba yang semakin mencintai dan dicintai oleh Allah.

"

 كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

"

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."

QS. Al-Anbiya (21) : 35

Komentar

  1. semoga kita termasuk gologan orang-orang yang selalu terjaga
    amiin...

    BalasHapus
  2. Salam, aku Novi di Bogor. LG stalkingin blog teh ibah dr th. 2009. Skimming sih,he. Oh,kyknya ini dmn teh ibah mulai brsama kang Rendy yah...hihi

    BalasHapus
  3. السلام عليكم
    Sangat bermanfaat, terima kasih..
    Salam dari pontianak🙏😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

sampe sebesar ini?