Kisahku Terus Melaju dalam TitahNya

21 Oktober 2013

Tak terhindari... Tak akan pernah bisa lari...
Orang yang pernah mengisi hariku, yang pernah menjadi tempatku belajar mengabdi; suami serta ayah dari anakku, meninggal dunia.
Singkat sekali waktu kebersamaan yang aku lewati dengannya. 29 Desember 2011-20 Desember 2012. Setelahnya.. Sampai pada detik terakhir hidupnya; tanpa berita, lalu kabar kesakitan itu datang tanpa bisa berbuat apa-apa.
Allah takdirkan begini... Karena ingin hadirkan sebuah kehidupan: Asma Karimah Azzahrah. Nama itu pemberiannya. Tak aku pungkiri, sempat hadir titik-titik rasa. Bagaimanalah tidak? Sedang akad kami adalah mitsaqan ghalizha. Bagaimanapun keadaan begitu sulit terlalui. Dan semua berakhir di detik terakhirnya.
Yang terbaik... Itu satu yang pasti.
Baru saja terlewati satu tahun usia Zahrah; 16 September 2013. Dan terlewati 22 tahun usiaku; 16 Oktober 2013. Seperti kejutan; dia pergi di tanggal 21 Oktober 2013.
Saat berita itu datang; ada sesak menyambangi dada. Ada air mata yang menyesaki mata.
Gumamku; "Apa lagi rencanaMu atasku duhai Rabbi? Apa lagi yang akan terjadi? Biarlah kehendakMu yang berlaku atasku."
Lalu tak terasa air mata mulai berderaian saat sesak itu menguat waktu kulihat lambaian bendera kuning yang bertuliskan namanya.
Sungguh; bisa kau katakan ini ironis. Ia suamiku, meski aku tak begitu mengenalnya. Tapi saat berita duka itu hadir, aku menangis. Mungkin batinku yang menangis. Aku tak tahu. Aku tidak dapat mengartikan apa makna air mataku yang menetes itu.
Yang aku tahu; aku ikhlaskan semua hal yang telah berlalu. Tak peduli luka, tak peduli perih, aku maafkan, aku bebaskan.
"Semoga Allah berikan tempat terbaik untuk akhirmu di sisiNya."

22 Oktober 2013

"Refrain..."
Hari pertamaku. Diam. Merenung. Membaca.
Berdialog dengan hati.
Baru kemarin pagi, aku sampaikan;
Rasa syukur itu buncah seolah akan tumpah. Hatiku, seolah akan meledak dengan milyaran syukur padaNya.
Pagi tanggal 21 itu, aku tak meminta apapun. Aku hanya ingin berterima kasih padaNya. Sepenuh hati.
Lalu datanglah berita itu..
"Rabbi.. Kau kembali menyapaku.. Kau kembali tersenyum padaku.."

Dan hari ini... 
"Ya Allah, aku sungguh tanpa daya. Aku sungguh tak ada kuasa. Aku sungguh teramat lemah. Maka selanjutnya, langkah kakiku, biar Kau yang melangkahkan. Gerak hatiku, biar Kau yang mengilhamkan. Ucapan serta perbuatanku, biar Kau yang menggerakkan. Cukup jadikan aku seperti apa yang Kau mau. Aku berpasrah pada titahMu. Jadikan aku pribadi yang lebih baik. Jadikan aku semakin bermanfaat bagi banyak orang dengan memaksimalkan segala anugerah yang Kau limpahkan padaku."

Tanganku bergerak kembali menggoreskan tinta hijau di lembar gading. Tertoreh tanpa mampu tertahankan.
Aku berbagi kisah ini pada lembaran-lembaran bergaris. Lalu mungkin akan segera kupindahkan pada digital numerik dunia. Terbaca oleh banyak mata. Berharap beberapa kan terketuk oleh hikmah dari kedalaman jiwa yang membacanya dengan hati.

Yang aku yakini; aku tak perlu lagi merasa takut menghadapi hari depanku. Tak perlu lagi memelihara kekhawatiran itu di lumbung bawah sadarku. Karena aku semakin menyadari keberadaanNya, kehadiranNya, dalam tiap hirup nafasku. Lalu untuk apa duka lara itu? Sepantasnya kesyukuran mendalam atas tiap laju detik demi detik episode hidupku, semuanya., keseluruhannya...

Ya Allah.. Ya Rahman.. Ya Rahiim..

*kutulis trtanggal 23 Oktober 203 di buku harianku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

Hmm..ukhti, istiqomahlah..