Ramadan telah pergi. Ia tidak pamit. Tidak pula menoleh. Hanya meninggalkan jejak harumnya dalam ruh—jika kita benar-benar hadir saat ia datang. Kini Syawal menyapa. Bukan dengan gegap gempita pesta, melainkan dengan sebuah pertanyaan yang sunyi: “Masihkah kau ingat siapa dirimu saat Ramadan menyentuh hatimu?” Syawal bukan jeda. Bukan tempat kembali bersantai dari perjuangan ruhani. Ia justru pintu masuk, ke sebuah medan baru: konsistensi setelah intensitas. Tentang Ramadan: Mengapa Allah Memilihnya Allah menyebut Ramadan sebagai bulan yang mulia, karena: “ Di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan dari petunjuk itu, dan pembeda antara yang benar dan batil.” (QS. Al-Baqarah: 185) Ramadan bukan bulan lapar. Bukan sekadar puasa. Tapi bulan turunnya cahaya pertama dari langit ke dada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Asyur menuliskan: turunnya Al-Qur’an adalah alasan mengapa waktu menjadi mulia. Bukan karena malamnya, bukan karena hari-harin...
#PERJALANANPEMBUKTIANCINTA #PART1 : 🐍 -TAKUT ULAR- 🐍 Akhirnya... Setelah bertahun-tahun berkali-kali memaksa diri sendiri untuk menulis 'tentang ini', aku menuliskannya hari ini. Mungkin akan panjang.. 😂so siap-siap aja bacanya. Banyak dipaksa orang lain menulis juga 'tentang ini'. Apalagi dorongan dari mas suami, ReZha Rendy. Masyaallah pokoknya 😂 Kata mereka, "Ada begitu banyak hikmah dibalik kisahmu, mungkin akan ada banyak orang di luar sana, saat ini, yang pernah ada dalam kondisi sepertimu dulu yang butuh pencerahan tentang bagaimana cara melangkah bangkit dari kejatuhan, berjalan dalam gelap masalah yang menimpanya menuju terangnya jalan agar sampai ke tujuan. Maka akan sayang sekali jika tidak tersampaikan. Akan sayang sekali jika kamu diam saja, menyimpan hikmah dan perbincanganmu dengan Al-Qur'an tersebut untuk sendiri." Ah ya.. Dari mana mulainya ya.. Ok.. Bismillah.. Pernah dibuat marah...
Anak yang kau ajarkan membaca qur'an itu kini sudah bertumbuh menjadi dewasa. Dalam kesehariannya dia berperang melawan dunia dan hawa nafsunya, untuk terus membaca, mengulang, menguatkan, mengamalkan qur'an yang telah dia hafalkan. Anak yang dulu tertatih melafalkan hijaiyah sampai menangis karena tak juga bisa itu, kini sudah menjadi orang tua yang juga memiliki anak. Dia berusaha mengenalkan keindahan membersamai qur'an pada anaknya. Berharap juga semoga saat anaknya mendewasa kelak, lewat lisan mereka yang senantiasa menjaga dan mengulang hafalan qur'annya itu ada berkah yang juga mengalir untuknya. Anakmu yang dulu kecil dan begitu merepotkanmu kini dewasa. Saat ia tertatih menjaga dirinya untuk terus bersama qur'an.. Jangan sampai tersebab kau juga. Sebagai orang tuanya. Yang menjadi sebab hilangnya semangat penjagaan tersebut. Kau orang tuanya.. Doakan. Contohkan. Agar dia kuat. Agar suatu saat dia pantas menghadiahimu sebuah mahkota cahaya dan perhiasan surg...
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca blog ini dan bersedia meninggalkan jejak dalam komentar,semoga bermanfaat ya. ^_^