Luka dan Pilihan
Apakah semua orang sedang bertahan dalam kemalangan hidupnya? Luka-luka yang tak pernah diundang, mungkinkah itu sebabnya? Tak diminta tapi hadir. Sakit datang tanpa permisi. Perih yang baru dirasakan oleh seorang anak yang bahkan belum tahu apa-apa… Kadang aku ingin melihat manusia dengan mata kasih. Dia keras karena jalan hidupnya memang keras. Dia egois karena kisahnya terlalu berat. Dia penuh obsesi karena masa kecilnya teramat tak mudah. Bolehkah aku begitu? Tapi aku juga tahu, mata kasih bukan berarti membenarkan yang salah. Salah tetaplah salah. Dan kebenaran hanya satu: apa yang ada di sisi Allah. Meski begitu, aku berdoa semoga Allah menyembuhkan luka-luka mereka—sebagaimana Dia juga masih menyembuhkan lukaku. Apakah itu pandangan yang kolot? Jika keyakinanku tetap tak bisa menerima ada yang rela melepas hijab dengan alasan luka demi luka, apakah aku terlalu tidak empati? Tapi kalau aku membenarkan yang salah, bukankah itu juga bukan bentuk kasih sayang? Aku ...