Pwrjalanan Pembuktian Cinta #Part2

#PERJALANANPEMBUKTIANCINTA

#PART2 : TANDA DARI-NYA

Sebelum baca part ini silahkan baca part 1, TAKUT ULAR di link ini:
http://bit.ly/2sLFoml
Agar ngeh sama postingan part 2 ini. 😊🙏🏻

*************

"Kalau yang kita cari adalah Allah, tujuan kita adalah Allah, yang paling utama sebelum apapun adalah Allah, yang paling penting adalah pendapatnya Allah, maka kamu sudah mendapatkan apa yang paling kamu butuhkan di dunia ini."

Kurang lebih, itu hasil kesimpulan dari apa yang disampaikan oleh seorang ustadz dalam taujihat nya di sebuah masjid yang aku ikuti di sore yang berhujan.

Ada yang berbeda. Katakanlah ada sebuah kesadaran yang hadir. Mungkin itu yang bernama hidayah. Aku buru-buru menangkapnya, menyimpannya dalam sebentuk rasa yang terekam dalam hujan lebat yang turun, bersama sebuah doa yang terlafalkan: ya Allah, semoga hujan ini hujan yang bermanfaat.

Maka sejak saat itu, jika hujan turun, maka memori rasa yang kembali terpanggil adalah tentang sebuah kesadaran.

Aku ingin sesuatu yang abadi. Aku tidak mau yang fana dan hanya sementara.

Aku ingin sesuatu yang aku perjuangkan adalah sesuatu yang akan bertahan lama. Bukan sesuatu yang mati-matian dikejar tapi manfaatnya hanya sementara. Sebentar. Hambar seketika di detik selanjut-selanjutnya.

Hati yang mencari, semakin memantap. Bahwa aku hanya butuh Allah. Hasbiyallah. Untuk menjalani segala rupa wajah dunia dan segala isinya.

Sehingga tiba suatu sore, (lagi-lagi sore) dan sore itu adalah sore berhujan (lagi-lagi hujan). Saat Allah memulai skenarioNya untuk menguji apa yang terucap lisan, dan melintas di hati, tentang bahwa aku hanya butuh Allah. Dia langsung mengulurkan seekor 'ular' yang begitu aku takuti, ke hadapanku.

Jika aku yang dulu, aku yang belum mengenal ayat-ayatNya, aku yang belum mengenal Allah, aku akan langsung berontak, lari, menjauh sejauh mungkin.

Tapi, sore berhujan kala itu ada yang aneh. Aku tidak beranjak. Memang ada rasa takut, tapi aku tidak berontak apalagi lari. Aku hanya menyimak, diam, dan melantunkan istighfar di dalam hati. Mencoba menerka kemana arah geliat 'ular' tersebut...

Mari samakan persepsi kita, 'ular' yang kumaksud di sini adalah sebuah kondisi, keadaan, dan masalah yang sangat ditakuti.

Ini tentang sebuah tawaran menikah, menjadi seorang istri. Tapi, menjadi seorang istri dari seseorang yang telah berkeluarga.

Ini 'ular'ku...

Ingin rasanya berontak, menolak, lari..

But for your information di awal ini: ini bukan mas suami saya mas ReZha Rendy ya. 😁👌
Mas suami nikah sama saya dalam kondisi jomblo fii sabilillah. Meskipun banyak fans perempuannya (ups). Ternyata dia memilih aku yang serba apa adanya dan penuh kekurangan ini. Insyaallah kisah lengkapnya akan aku sampaikan di part yang entah part keberapa. 😁

Lanjut lagi ke kisahku...

Tapi yang menawarkan seseorang itu adalah ayahku sendiri, yang kupanggil ia abi. Seseorang yang begitu dekat. Seseorang yang dengan mata berbinar penuh yakin menyampaikan berita 'menyeramkan' dengan ketenangan yang entah didapatnya dari mana. Seseorang yang begitu ingin aku hormati. Seseorang yang Allah haruskan dan wajibkan aku berbuat baik padanya. Seseorang yang ridha Allah berada di atas ridhanya. Dia seseorang yang paham  agama, seseorang yang tau kondisiku sepenuhnya. Dia seseorang yang kujadikan panutan. Seseorang yang semangat dakwahnya menginspirasiku untuk turut menjadi salah satu bagian dari dakwah ilallah, penyeru-penyeru manusia kembali kepada Allah.

Berita yang seketika, melunglaikan sendi-sendi. Bagaimana tidak? Aku begitu takut akan hal ini. Tapi hal ini disorongkan ke hadapanku. Seolah tidak ada pilihan 'tidak', meski ia sampaikan  padaku, bahwa semua  keputusan ada di tanganku.

Hatiku yang sedang beristighfar panjang semakin tenggelam, mencari-cari maksud Allah hadirkan 'hal mengerikan' itu ke hadapanku. Bertanya-tanya, apa maksud Allah menjawab doa yang aku panjatkan, setiap dialog satu arah yang aku sampaikan padaNya di dyari-dyariku, semua perbincangan-perbincangan satu arahku padaNya di setiap doaku, dengan kejadian ini, sore ini..

Entahlah.. Mungkin bagi beberapa orang caraku berfikir ini agak terlalu berlebihan, lebay, dsbnya.
Tapi bisa jadi...
Mungkin karena aku adalah orang yang pemikir.
Mungkin juga karena aku adalah orang yang tidak mau kehilangan makna yang tersirat dari sebuah kejadian yang terjadi. Aku seorang pembaca pesan yang tersembunyi dari sebuah kejadian atau tulisan. Aku seorang pembaca dan pencari makna...

Dan aku manusia, jelas tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Tapi aku sangat terobsesi pada Sang Maha Sempurna...

Maka aku tidak berontak saat itu, aku hanya mengatakan: "Aku mau tanya sama Allah dulu. Istikharah."

Sebuah pernikahan, bagiku adalah sesuatu yang amat sakral. Keputusan yang aku ambil akan menjadi surga dunia dan akhiratku atau malah menjadi neraka dunia dan akhiratku.
Maka dalam mengambil keputusan, aku berusaha melibatkan Allah selalu di dalam prosesnya.

Maka istikharah di mulai...

Pesan-pesan cintaNya bertaburan. Seolah kebetulan. Tapi kebetulan ini adalah kebetulan demi kebetulan yang berulang.

Saat aku bertanya padaNya... Bagaimana mungkin ya Allah, aku menerima, menjalani, sesuatu yang paling aku takuti?

Aku bukan seorang yang senang mengambil dan mencomot ayat Al-Qur'an untuk membenarkan obsesi pribadi... Maka aku sampaikan di awal, yang aku baca dari Al-Qur'an selama proses istikharah ini bukan main asal buka Al-Qur'an sambil tutup mata. Aku hanya melanjutkan tilawah harianku. Aku menerima setoran hafalan Al-Qur'an santri-santri yang diamanahkan kepadaku. Aku hanya melanjutkan proses muroja'ah hafalan Al-Qur'an ku. Juga ayat-ayat yang tetiba teringat dan menggema di sanubari. Atau ayat-ayat yang dilantunkan santri lain atau kudengar dari kaset murottal saat aku sedang menyapu, makan, dan sebagainya.

Sungguh kukatakan, ayat-ayat itu, tanda-tanda itu bertebaran... Tangkaplah. Maknai. Renungkan. Tanyakan.. Apa kiranya maksud Allah memperdengarkanmu ayat tersebut, tepat sedetik setelah kau bertanya padaNya lewat gumam hati, atau tepat sedetik setelah kau haturkan doa dan pertanyaan tentang masalah yang kau hadapi. Maka akan kau temukan sebuah jawaban dari pertanyaanmu.
Maka akan kau temukan sebuah petunjuk jelas atas apa yang ingin disampaikanNya padamu.

Seperti saat Allah ingin berbicara kepada hamba-hambaNya melalui ayat-ayatNya. Tanda-tandaNya yang dia berikan kepada Nabi Yusuf 'alaihissalaam, (silahkan buka Qur'an Surat Yusuf ayat 23-24) saat Zulaikha, istri Al-Aziz menggodanya. Yusuf 'alaihissalam, sudah berkehendak atas wanita itu begitu juga Zulaikha atasnya.. Tapi Nabi Yusuf 'alaihissalaam membaca tanda-tandaNya. Kalau kata seorang ustadz, tanda-tanda tersebut berupa bisikan hati nurani. Yang dengannya, ia peka mendengarkan, lalu menolak nafsunya. Itulah hati yang Allah jaga dari keburukan. Itulah hati yang Allah tunjukkan kebenaran. Lalu kebenaran itu ia terima. Mengalahkan segala hawa nafsu yang senangnya membawa pada keburukan. Sehingga nafsunya menjadi nafsu yang Allah rahmati.  seperti yang Allah abadikan dalam Al-Qur'an surat Yusuf, perkataan nabi Yusuf di ayat 53.

"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Mungkin karena itulah mengapa ayat Al-Qur'an yang pertama turun adalah kata: "Bacalah! Dengan menyebut nama TuhanMu yang Maha Menciptakan".

Allah meminta kita untuk mengaktifkan indera kita: mata, hati, telinga, rasa.. Semuanya.. Membaca tanda-tandaNya.

Sesudah kau membacanya, selanjutnya kau mau menjadi orang yang mendengar lalu ingkar "sami'na wa 'ashaina." Pura-pura tidak mendengar lalu mengabaikan.. Atau menjadi orang-orang yg berkata, "sami'naa wa atha'naa", kami dengar dan kami taat..
Itu pilihan..

Tapi sekali lagi, aku ingin menjalani apa yang memang Allah inginkan bagiku. Aku ingin dan menginginkan apa yang Allah inginkan.

Karena memilih Allah dan memilih apa yang Allah inginkan, tidak akan ada kekecewaan setelahnya. Aku yakin sekali akan hal itu.

Tapi yang terjadi selanjutnya, malah membuatku terkaget-kaget...

Dan kau tau apa yang terjadi kemudian?

.

_________________
*to be continue
__________________________________

Kalau kamu jadi aku, saat ada hal serupa terjadi padamu, apa yang akan kamu lakukan ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI ANAKMU YANG KINI DEWASA

Perjalanan Pembuktian Cinta #Part1

hanya santri biasa..