Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Mungkinkah Itu Taman Surga?

  Menaiki sebuah perahu kecil, yang hanya muat untuk menampung 3 orang. Ada dua orang lain bersamaku, seorang laki-laki dan perempuan yang lanjut usia yang ada di dalam perahu, aku tidak mengenalnya. Perahu yang kutumpangi itu berjalan dengan kayuhan kami, melewati sungai kecil yang sangat kotor, lalu menabrak sebuah tebing. Apa yang biasanya terjadi saat sebuah perahu kecil menabrak sebuah tebing, cadas raksasa yang begitu keras, terjal, dengan posisi 90° dari tanah datar, tegak sempurna, berdiri kokoh dan angkuh? Harusnya perahu kecil yang kunaiki itu berhenti, atau separahnya mungkin terbalik dan aku terjatuh pada sungai yang sangat kotor itu kan? Tapi ternyata tidak.. Perahu kecil itu bergerak semakin kencang menaiki tebing terjal itu. Ya, sangat cepat sekali. Tapi tebing itu tidak semulus yang kau kira, ia begitu tinggi. Sangat tinggi. Dengan permukaan yang jauh dari rata dan mulus. Kau pernah naik sebuah wahana permainan roller coster ? Pada saat melewati jalan turun

Kuminta PadaMu

Nikmat demi nikmat yang Kau hadirkan dan Kau berikan padaku.. Hanya semakin membuatku malu.. Ya Allah... Malu dan takut. Takut jika aku sampai mengingkari dan lupa bahwa kesemuaan itu dariMu. Takut jika aku sampai merasa semua karena aku. Takut jika aku lalu terlena karenanya. Aku titip hatiku.. Agar ia selalu tertuju padaMu Pada segala nikmat, ia hanya melihatMu. Pada segala karunia, ia hanya melihatMu. Pada segala sesuatu, ia hanya melihatMu. MelihatMu pada senyum dan keceriaan anak.. MelihatMu pada keberadaan dan kebaikan suami.. MelihatMu pada nikmat persaudaraan yang ada.. Berikanlah padaku . . Mata dan hati yang selalu peka.. Peka pada ada dan keberadaanMu pada setiap kondisi...

Seorang Ibu, Seorang Istri dan Tulisannya

Awal mula tertarik menulis di blog hanya untuk seru-seruan aja. Sampai akhirnya menjadi sebuah sarana untuk mengurai kegelisahan. Aku terbiasa menguraikannya dalam bentuk tulisan. Saat kekosongan hati, berbagai rasa yagng mampir, mengabadikannya dalam bentuk tulisan. Hanya untuk konsumsi pribadi. Tapi rasanya menyenangkan saja bisa membukanya di manapun setiap aku sedang butuh kembali membaca diriku. Menjeda waktu untuk mengatur langkah kemana akan melaju lagi. Ada yang bertanya mengapa menjadi tidak terlalu produktif lagi menuliss saat sudah menikah. Jangankan orang lain yang bertanya-tanya. Aku pun masih mencari-cari sebabnya. Mencoba Menelisik dalam-dalam ke kedalaman hati... Aku.. Sepertinya sudah sibuk dengan kehidupan nyataku. Dulu sebelum menikah (lagi) mungkin aku sibuk dengan diriku sendiri. Tapi kini aku sibuk mengurusi suami, anak, rumah tangga, hafalan qur'an, kerjaan... Apa boleh menjadikan itu sebagai alasan tidak lagi produktif menulis? Sepertinya aku biarkan

Ngomong Sama Hati

Gambar
Istighfar yang banyak... Setan masuk itu jalannya banyak. Ga dibikinin jalan aja dia bisa masuk apalagi dibikinin jalan... Bisa ditemenin ke mana-mana... Ah... Hati ini kadang memang suka ga tau diri... Barang bukan milik pun diaku miliknya. Lalu saat barang diambil lagi sama yang empunya, hati kesilet-silet ga terima. Oh ayolah... Hatiiiii kamu itu ga punya apa-apa. Jangan ngaku-ngaku memiliki sesuatu yang bukan milik kamu... Nanti kamu sendiri yang sakit nahan nyerinya kehilangan. Kamu mau? Keep coming back to Allah. The really and the truly One you've must to be FOCUS to... Supaya hati kamu tenang selalu. Supaya hati kamu lapang selalu. Pada akhirnya......... Semua nyeri yang selain dari nyeri karena Allah akan sirna dan berasa ga penting kok. Kalo kamu paham dan ngerti bahwa pertangungjawaban kamu sama kelakuan kamu sendiri aja udah berjubel banyaknya. Ya kan?

Memelihara Rasa Hina dan Butuh

Gambar
Menjalani hidup sebagai seorang hamba... Harus selalu bisa menjaga kestabilan hati menjadi ada di posisi hati seorang hamba. Bukannya rajin shalat sedikit lalu merasa shalih. Rajin baca qur'an sedikit lalu merasa lebih baik dari yang lain. Padahal yang selalu harus dijaga di dalam hati seorang hamba adalah perasaan hina dan selalu butuh dihadapan Allah... Merasa bahwa sebesar apapun amalan yang dilakukannya, itu hanyalah sebuah persembahan yang akan selalu lebih kecil daripada anugerah yang sudah Allah berikan. Selalu merasa bahwa sebanyak apapun amal, bukan itu yang membuat kita mendapatkan kebaikan, melainkan karena Allah yang menghendaki demikian. Lalu...perasaan hina.. Perasaan ini yang menimbulkan rasa hati malu. Malu yang teramat sangat saat sedang melakukan kebaikan... Malu apakah Allah akan melihat persembahan yang tak akan pernah sebanding dengan kebaikanNya... Malu yang membuat meneteskan air mata. Belakangan, perasaan hina ini yang berulang kali datang be