Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Tentang Penebar Keberkahan

apapun yang kau tampakkan, hatimu akan berbicara lebih keras dari kesemuaan itu. Becarefull of what you feel, it'll show who you are. :) Alhamdulillah, so much thanks to Allah. Yan menggerakkan langkah kaki, gerak hati, kepada kebaikan. Sudah bersyukur atas nikmat kebaikan yang begitu banyak kita terima tiap detiknya? Bersyukurlah! Karena kita sungguh tidak akan pernah bisa menghitungnya. Kemarin, dalam perjalananku sepulang mengajar tahfizh qur'an. Tetiba gerak hati, entah mengapa, terarah untuk memenuhi sebuah undangan dari komunitas Penebar Keberkahan (PeKa) www.penebarkeberkahan.com yang mengadakan sebuah pertemuan bernama Sharing Keberkahan Super. Dan akhirnya aku putuskan untuk menghadirinya. Sepanjang pertemuan, mendengar materi 3 Pilars Power yang disampaikan oleh guru Sonny Sanndy. Aku membatin; subhanallah, rupanya Allah menggerakkanku ke sini karena mau aku mendengar materi luar biasa ini. Beliau mengawali materinya dengan sebuah kisah. "Ternyata metode

Masih Tentang Dia

Allah memberi kita banyak pelajaran, lewat kehidupan yang Allah suguhkan pada masing-masing kita. Dan Allah ga pernah menjanjikan kehidupan akan selalu berjalan mulus sesuai inginnya diri kita pribadi. Seperti juga Allah ga janjikan langit akan selalu biru. Kadang pun ada kelabunya, gelapnya, sekali waktu pun hitam pekat, sampai bergulung-gulung rombongan awan mengerikan, kilat yang bersahutan, angin besar, hujan badai. Ah.. Itulah yang namanya sunnatullah. Mau sedih dan kecewa seperti apapun, akan tetap terjadi. Lalu harus apa? Cukup diterima. Ya, diterima saja. Apa adanya. Dinikmati enaknya maupun ga enaknya. Dan biasanya, saat bisa menerima kondisi yang paling super ga enak yang dirasa sama hati dengan selapang2nya penerimaan, lewat sesungging senyum yang tetap dibagikan sambil berusaha meredam hati setelah tangis deras, disitulah awan cerah akan hadir perlahan tapi pasti. Semakin pandai mengatur hati dalam menerima yang ga enak, perputaran kondisi menuju cerah akan sema

Belajarlah..

Belajarlah untuk tetap tenang dan tidak lantas menyalahkan seseorang karena ketidaktahuannya. Tidakkah kau mengerti? Dia tidak tau, karenanya dia begitu. Mungkin jika dia mengerti, jika mereka mengerti, kau tidak akan disalahsangkai. Jadi tetaplah berdamai dengan hatimu. Jika memang kau tidak salah, janganlah menyalah-nyalahkan dirimu sendiri karena semua orang menganggapmu salah. Ah... Bahkan orang salah yang bertaubat pun Allah ampunkan. Mengapa kau tidak mau memaafkan dia, memaafkan mereka dan memaafkan dirimu sendiri? Jika kau bersama Allah,jangan pernah bersedih. Jangan pernah melemah. Tetaplah menjadi baik dan tebarkanlah kebaikan. Karena Allah dipihakmu... Kau yang selalu ingin mengembalikan semua padaNya, akan selalu menemukan jalan. Hai kau yang selalu menginginkan ridha dari Allah, tidakkah kau menyadari, setiap gerak hati, meski sehalus apapun, setiap desiran keinginan baik, meski setersembunyi apapun.... Allah tahu..... Allah tahu..... Allah tau..... Tetaplah bers

Menuju Cinta

Aku selalu menginginkannya hadir bersama ketaatan. Ketaatanku, juga ketaatannya, pada Allah SWT, Rabb kami. Agar tak ada ego yang merajai, selain sebuah rindu akan kebersamaan dalam menuju jannahNya. Aku selalu menginginkannya bersamaku dalam naungan cinta. Bukan cintaku, bukan cintanya, tapi cinta Rabb kami. Agar cinta tak sekedar dunia, tapi melangit menuju Dia yang abadi. Aku selalu menginginkannya, bersamaku membangun sebuah keluarga. Bukan keluargaku, bukan keluarganya, tapi keluarga dakwah, yang kami bangun untuk Rabb kami. Agar keutuhan keluarga kami tak berbatas waktu, tapi kekal dalam ridha Allah Sang Penggenggam Waktu. Aku selalu menginginkannya dalam kesucian yang terjaga. Dalam batas-batas fitrah yang terjaga. Dalam pandangan-pandangan yang terjaga. Dalam niat-niat bersih yang terjaga. Dalam segala sesuatu yang terjaga. Aku terjaga. Dia terjaga. Sampai janji mitsaqan ghalizha akan menjaga kami terus mengabdi dan berharmoni dalam lingkup cintaNya dan penjagaanN

Membidadarikan Diri

"Membidadarikan Diri" Al Imam Ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ummu Salamah, bahwa ia Radhiyallahu 'Anha berkata, "Ya Rasulallah, jelaskan padaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli… " Beliau menjawab, "Bidadari yang kulitnya bersih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau bak sayap burung Nasar." Aku (Ummu Salamah) berkata lagi, "Jelaskanlah padaku ya Rasulallah, tentang firmanNya: Laksana mutiara yang tersimpan baik (Al Waqi'ah: 23)..!" Beliau menjawab, "Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tak pernah tersentuh tangan manusia..." Aku bertanya, "Ya Rasulallah, jelaskanlah kepadaku tentang firman Allah: Di dalam surga itu ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik (Ar Rahman: 70)..!" Beliau menjawab, "Akhlaqnya baik dan wajahnya cantik jelita. " Aku bertanya lagi, "jelaskanlah padaku firman Allah: Seakan-akan m

Aku Pernah Meragukan-Mu

Pagi hati hatiku diketuk sebuah tanya… Tentang untuk apa aku punya harapan dan keinginan, jika pada akhirnya semua yang terjadi hanyalah apa yang Allah inginkan. Rasanya sudah tidak ada keinginan lagi untuk berdoa, karena pernah kecewa. Berdoa, dan tidak terwujud. Lalu menjadi takut dan enggan untuk berdoa lagi… Tapi tetiba.. Ayat-ayat itu seolah menggema dalam hatiku. Ada yang membisikkannya lembut menerpa derap hati yang ragu. QS.Yusuf: 87 {وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُون} َ "dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". Mungkin pernah kita berharap dan lalu berdoa, lalu tidak mendapatkan apa yang kita inginkan.. Tapi sesudahnya, jangan berputus asa dari kasih sayang Allah. Tetaplah berharap dan berdoa. Tetaplah punyai harapan dan berdoa. Terkabul atau tidaknya, itulah jawaban terbaik dari harapan dan

Kontemplasi; Kita dan Gerhana

Ibarat matahari dan bulan. Kerinduan mempertemukan keduanya dalam baris yang sama. Menghitamlah sejenak angkasa… Jika pertemuan karena kerinduan itu dilanjutkan, mungkin gelap akan bertahan lebih lama. Jika keduanya enggan beredar lagi, nyaman dengan pertemuannya, mungkin akan binasalah alam semesta. Tapi lihatlah… Ketaatan keduanya pada Allah Sang Maha Pengatur, membuat keberlangsungan sistem di alam semesta terus berlanjut. Meski mungkin, keduanya akan butuh waktu lama lagi untuk berjumpa kembali pada jarak sedekat itu. Tapi ketaatan pada Allah haruslah diatas segalanya. Meredam segala ego. Mari belajar pada ketaatan mereka.

Merendahlah di HadapanNya

Tidakkah kau ambil kaca, lihat segala kerak salah dan dosa, apa pantas mengharap ada yg menerimamu Karena seharusnya dengan semua itu tidak ada yg akan mau mendekat bahkan sesenti pun padamu Tuhan masih berbaik hati menutupi semuanya Dia masih berbaik hati menutupi segala busukmu Dia masih berlembut hati menyembunyikan korengmu Bersyukurlah pada-Nya Terimalah kondisi ini sebagai teguran untukmu Jangan bermain-main dengan dosa Jangan bermain-main dengan dosa Jangan bermain-main dengan dosa Bertaubatlah Merendahlah... Merendahlah... Merendahlah

Cinta Bersujud di Mihrab Taat

Cinta Bersujud di Mihrab Taat oleh Salim A. Fillah dalam Inspirasi, Rajutan Makna, Sirah. 08/04/2014 Julaibib, begitu dia biasa dipanggil. Sebutan ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri jasmani serta kedudukannya di antara manusia; kerdil dan rendahan. Julaibib. Nama yang tak biasa dan tak lengkap. Nama ini, tentu bukan dia sendiri yang menghendaki. Tidak pula orangtuanya. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan yang mana bundanya. Demikian pula orang-orang, semua tak tahu, atau tak mau tahu tentang nasab Julaibib. Tak dikenal pula, termasuk suku apakah dia. Celakanya, bagi masyarakat Yatsrib, tak bernasab dan tak bersuku adalah cacat kemasyarakatan yang tak terampunkan. Julaibib yang tersisih. Tampilan jasmani dan kesehariannya juga menggenapkan sulitnya manusia berdekat-dekat dengannya. Wajahnya yang jelek terkesan sangar. Pendek. Bungkuk. Hitam. Fakir. Kainnya usang. Pakaiannya lusuh. Kakinya pecah-pecah tak beralas. Tak ada rumah untuk berteduh. Tidur s

Bekerja Untuk Bersyukur

لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. QS. Al Qiyamah: 17 إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. QS. Al Qiyamah: 18 ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. QS. Al Qiyamah: 19 Sesungguhnya, atas tanggungan kamilah penjelasannya... Sudah Allah janjikan, berjarak, kadang cepat kadang lambat, kadang banyak kadang sedikit. Allah berikan penjelasan makna sebenarnya dari ayat-ayatNya, tentang firmanNya yang ada di dalam al-qur'an. Yang memang benar tidak pernah kadaluarsa di pakai di zaman semodern apapun. Berpegang teguh padanya adalah berjalan dengan dituntun pedoman paling utama. Suatu saat membaca QS. Saba ayat 13 اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ Bekerjalah hai keluarga Daud u

Sabar Yang Masih Belum Baik

Khauf dan raja' memenuhi lingkup hati ini. Atas segala sabar yang belum terlalui dengan baik. Sabar yang kadang masih penuh keluhan. Sabar yang tak luput pula dari rangkaian rasa negatif. Sabar yang kerap kali masih sebatas lisan. Juga atas segala syukur yang masih sekenanya. Syukur yang masih penuh tendensi dan rasa tak puas. Syukur yang tak luput pula dari rasa bangga diri. Syukur yang kerap kali tak sampai ke hati. Aku yang seperti ini masih saja mengharapkan kebaikanMu. Aku yang seperti ini masih saja selalu akan butuh kasihMu. Kalau bukan karena Kau Yang Maha Pengampun, aku yang seperti ini mungkin seharusnya sudah hilang karena murkaMu padaku… Maafkan… Maafkan… Maafkanlah aku… Ampuni… Ampuni… Ampunilah aku… Kalau bukan bersandar pada ke-Maha-an-Mu, maka aku tidak punya selainMu.. ‪#‎ruanghatidanpengharapan‬ ‪#‎selftalk‬ ‪#‎doasepenuhhati_yaaRabb‬ >>Untuk kita semua… Ujian tak selalu berupa hal yang menyedihkan atau penuh luka. Tapi juga dala

Caraku Menyikapi Sempitnya Hati

Pernah merasa sesak dalam dada? Sendiri bingung ramai pun enggan? Bergerak payah dan diam pun jengah? Kalau sudah begini, biasanya harus langsung ambil cermin. Berkaca, dan lalu bertanya pada diri sendiri: 'apa yang salah? ' 'apa yang harus diperbaiki? ' Lalu hati akan terus menggumamkan istighfar. Dalam. Panjang. Lama. Terus saja beristighfar sampai rasa sesaknya reda, walaupun terkadang malah terasa tambah sesak. Tapi istighfar itu membawa banyak pencerahan sesudahnya. Karena biasanya dalam kondisi sesak, kita akan mencari sebuah pencerahan. Untuk menghilangkan rasa tidak nyaman tersebut. Semakin sesak biasanya akan semakin mudah menerima segala masukan yang mampir depan mata, terdengar di telinga juga apa yang terlintas dalam hati. Kalau yang diterima masukan positif ya bagus banget. Kalau yang diterima justru masukan negatif? Benar-benar harus berhati-hati saat ada dalam kondisi seperti ini. Minta deh sama Allah untuk ditunjukkan jalan dan memenan

Menjadi Ibu

Menjadi ibu. Mengambil peran memperbaiki generasi mendatang.. Menjadi ibu, menghilangkan ego, menanamkan aqidah yg menyelaras dalam kata dan perilaku anak yang Allah titipkan... Menjadi ibu, menatap sepenuh cinta, mengelus kepala dan punggung setulus hati, penuh doa terbaik... Menjadi ibu di usia muda, tantangan luar biasa, sekaligus pembelajaran mendalam.. Menjadi ibu, belajar dari guru yang luar biasa: anak yg Allah titipkan... *perjalanan menjadi ibu *terimakasih Allah, atas kesempatan ini...

Murnikan

17 September pukul 17:05 · Pertanyaan nyelekit di sore ini @kajiantauhid: Seberapa banyak kelakuan setan yang masih kita lakukan? Entah secuil kesombongan. Entah sebentuk bangga diri. Entah serasa paling baik. Entah setitik marah yang menjadi dendam. Mohon ampun pada Allah… Buang segala penyakit hati. Sudahi segala perilaku yang menyamai setan, dialah sebenar-benarnya musuh. Murnikan ketaatan pada Allah.. Murnikan keesaan Allah…